Senin, 05 Desember 2011

Surat Untuk Dhani: Perihal Kebencian Yang Tanpa Alasan



"Ada kala dimana kami masih begitu muda, pongah, dan tinggi hati. Kami menantang dunia dengan cara kami sendiri. Tapi semakin tua, kami seakan diajarkan bahwa dunia tak bisa dilawan. Melainkan diakrabi. Pagi ini, kami berkirim pesan serius, melankolis, dan tetap berakhir dengan saling menggojlok. Ah, hidup..."
 ***

Dhani yang baik

Hari ini aku juga bermimpi buruk. Sangat buruk. Hingga aku seperti Axl Rose dalam video November Rain yang bangun dari tidur dengan gagap, berkeringat deras, dan termegap-megap. Ia baru saja mimpi buruk. Ya, aku sama sepertinya. Aku mimpi buruk sekali. Aku juga sama ganteng dan sama gagahnya dengan Axl. Sudah tahu itu kan? Aku kira kamu sudah tahu itu.

Seumur hidup aku tak pernah membenci orang secara agak lama. Pernah aku tak suka satu atau dua orang. Tapi setelah perlakuan mereka yang menyebalkan itu, aku akan membuatnya jadi guyonan. Menceritakannya pada kawan-kawan utuk kemudian menertawakannya bersama.

Tapi aku sekarang sedang agak tidak suka dengan seseorang. Aku sebenarnya malu untuk mengakui kalau sedang tidak suka dengan orang tersebut. Aku tak kenal dia, tak pernah bertatap muka dengannya, dan sebenarnya tak punya alasan untuk tak suka dengannya. Tapi kau tentu setuju denganku kan kalau ada satu dan beberapa hal yang tak perlu alasan. Seperti alasan kenapa kau suka musik-musik jelek. Itu sama sekali tak perlu alasan.

Lalu aku bingung mau bercerita dengan siapa perihal sakit hati abal-abal ini. Aku lalu ingat kamu. Seorang pria bertubuh subur yang pantas mendapat PhD perihal sakit hati. Iya, kalau saja ada jurusan yang secara spesifik membahas sakit hati, aku yakin kamu lulus dengan summa cum laude. Lulusan tercepat dengan IPK tertinggi. Gila, keren sekali. Tak seperti sekarang, meskipun kamu pernah  2 kali dapat IP 4,0 (karena cuma menempuh 2 MK), tapi kau belum lulus jua.

Lalu kamu berkisah dengan pedih. Pedih yang membuat aku terhenyak. Pedih dan rasa bencimu ternyata ada pada banyak hal. Tak hanya satu. Dan kebencianmu itu adalah kebencian yang wajar. Membuat kau jadi orang yang "terbakar amarah sendirian". Iya, saya mengutip kata-kata Pram, biar kelihatan agak pinter dan ngerti sastra. Padahal aku tak pernah khatam baca Pram.

Seketika aku merasa darah merembet ke wajah. Membuat mukaku memerah. Lalu aku berkaca, dan oh saya tambah imut dengan pipi yang bersemu. Mukaku memerah karena malu. Malu karena sok menjadi orang yang paling sakit hati sedunia. Beginilah orang amatir. Sekali merasakan, sok merasa yang paling hebat. Sekali sakit hati, gayanya kayak yang sudah sakit hati ribuan kali. Macam Pat Kay saja.

Kita pernah berbagi hidup selama nyaris 4 tahun. Membuat kamu tahu segala macam cerita mengenai aku. Aku pun sedikit banyak paham hikayatmu yang banyak bertabur rasa sakit hati.

Aku tak mau menasehatimu. Pun, aku tak berhak. Tapi yang aku tahu, rasa sakit hati itu tak enak. Sumpah. Aku heran bagaimana bisa ada orang rapuh macam kau, pendengar Kerispatih yang paling setia, bisa bertahan menghadapi rasa sakit, pedih, perih yang akut.

Tapi manusia adalah mahluk yang kompleks. Semua manusia diciptakan berbeda. Seperti aku dan kamu. Kenapa aku bisa suka musik terkeren di dunia, hair metal, sedangkan kamu suka Kerispatih, Mogwai, Wreep, atau Camerawalls yang sama sekali tak memberi sumbangsih pada penyandang busung lapar di Nairobi sana.

Jadi orang bisa punya banyak cara dalam menghadapi rasa sakit. Kalau aku mungkin sekedar ngomel-ngomel atau dengar musik dan nyampah di blog. Mungkin kamu dengan mendendam, menuliskan di status facebook atau twitter, lalu membiarkan dendam itu jadi batu, kemudian keropos tergerus masa, lalu hilang tanpa bekas. Semoga. Dan aku menghargai caramu mencintai kemarahan dan dendam.
Kau tahu? Besok ada 2 paper yang harus aku presentasikan. Entah kenapa, aku malah menulis notes soal melankolis semacam ini. Kadang-kadang aku memang rindu kamu. Rindu tidur bareng kamu dengan lampu yang padam. Mencium aroma minyak kayu putih yang selalu kamu oleskan di tubuhmu tiap menjelang tidur. Atau memergokimu memakai celana dalamku, padahal kau sudah tahu celana dalamku tak muat di bokongmu yang besar macam bantal itu. Rindu pula ngopi dan saling hina bareng teman-teman lain. Dan tadi pagi, entah kenapa aku merasakan keintiman seperti dulu.

Sebelum aku lulus kuliah dan pergi sebentar dari Jember. Sebelum kamu sibuk jadi wartawan andalan di Radar Jember. Sebelum kamu terbakar amarah sendirian dan menebar mesiu dendam.

Jangan pelihara dendam itu terlalu lama. Membuat kau jadi kurus nanti. Aku akan pangling kalau kau kurus.


Salam

Fans Terbesarmu

Dahlan Sixx

5 komentar:

  1. ah, kalian. love does push the boundaries. apalagi sekadar jenis kelamin. I miss you both )=

    BalasHapus
  2. waaaahhh, blog saya dikunjungi oleh mahadewi pitoooo *sujud*

    BalasHapus
  3. DAN GW SEBEL BLOG INI MASIH APRUP2AN TIAP ORANG MU KOMENG!!!
    *tendang Uyan ampe jember lagi*

    BalasHapus
  4. Axl Rose dalam video November Rain ya? Yg bagian bunga mawar jatuh ta? hehehee.....salam kenal

    BalasHapus
  5. kak pito: ampun kakaaaaakkkk :D ini kan biar tahu siapa yang komen dan dimana dia komen, jadi aku bisa bales komennya :D

    Kinanthi: Iya, bagian akhir yang mencekam itu :D salam kenal juga ya :)

    BalasHapus