Senin, 28 Maret 2011

30 Hari Mencari Cerita

Semua berawal dari derit kereta Sri Tanjung tua. Dalam sebuah perjalanan dari Yogyakarta menuju Jember. Saat itu saya dan Putri sedang ngobrol ngalor ngidul. Dari yang awalnya ngobrol tak bermutu, akhirnya percakapan kami berhasil menuju ranah yang sedikit intelektual: menulis.

Belakangan ini, banyak tantangan yang bertemakan 30 hari. Mulai dari 30 hari memotret, 30 hari menggambar, hingga 30 hari menulis. Karena salah seorang teman kami sedang menjalani tantangan 30 hari menulis, maka saya menantang Putri --dan juga saya sendiri-- untuk memulai kompetisi menulis selama 30 hari rutin. Putri menyetujuinya, dan saya mengamininya. Kami bebas menulis apapun. Mau soal jalan-jalan kek, musik kek, makanan kek, film kek, apapun lah.

19 Februari adalah titik awal keberangkatan kompetisi ini. Karena Februari hanya ada 28 hari, jadinya direncanakan tantangan ini akan usai pada tanggal 21 Maret, dengan jumlah 30 postingan.

Saya dan Putri rajin pada minggu awal. Tak ada lubang sama sekali. Putri bahkan sampai membawa sang laptop yang berukuran besar ke Jakarta karena tidak mau bolong posting.

Tapi ternyata kami berdua memang koplak. Pada minggu kedua atau ketiga, bensin kami mulai habis. Berawal dari sakit yang memaksa saya untuk bed rest selama 5 hari. Sakit sialan itu saja sudah memaksa saya bolong posting tulisan selama 5 kali. Putri sang penggemar mie Apong pun ikutan bolong ketika dia harus pergi ke Baluran selama beberapa hari untuk bahan tulisannya.

Lalu Putri mendapat musibah. Kamarnya kebanjiran, dan sang laptop tercinta pun mendapat gelar anumerta. Tugasnya purna sudah. Putri patah semangat, lemas, dan tak bisa menulis. Jadilah ia memperbanyak stok hutang postingannya.

Saya pun demikian. Sejak sakit, saya jadi malas menulis. Belum lagi ada rasa kewajiban terhadap skripsi yang belum juga terselesaikan. Rina malah pernah berkata sambil bercanda "coba kamu bikin tantangan 30 hari menyelesaikan skripsi, pasti sekarang udah wisuda." Saya yang mendengarnya hanya bisa tertawa getir :D Rasa malas semakin menjadi ketika saya melihat blog Putri yang lama tak terisi dengan postingan baru. Saya jadi merasa tak ada teman buat berpikir bareng. Tak ada orang yang saya tahu malam-malamnya didominasi oleh perasaan bingung tentang apa yang harus ditulis.

Oke, alasan hanya untuk pecundang. Ya, ternyata saya memang pecundang dalam hal menulis rutin :D Saya memang masih tipikal penulis amatir, yang menulis buat senang-senang dan sangat tergantung pada mood. Kalau mood saya berantakan, bisa dipastikan tak akan ada apa-apa yang bisa saya tulis. Masalahnya adalah, saya masih belum bisa mengatur mood itu.

Awalnya kami berdua tak punya ekspektasi apapun tentang tantangan ini. Kami anggap saja sebagai sepotong kue, alias piece of cake, alias mudah saja. Tapi ternyata semakin hari, pekerjaan menulis rutin adalah susah adanya. Saya jadi bisa membayangkan betapa berat tugas para jurnalis media harian. Mereka masih harus mencari berita, sedang saya tak perlu mencari berita. Mereka masih harus mengalahkan mood untuk bisa menulis dengan baik, kalau saya sih ketika tidak punya mood menulis ya tak usah menulis.

Dari tantangan 30 hari menulis ini, saya jadi sadar pentingnya menulis dengan rutin. Meskipun hanya menulis hal-hal ringan seperti resensi musik atau resensi film. Menulis rutin mengajari saya mengalahkan writer's block. Ketika biasa, maka kita akan bisa.

Sebagai pencetus ide 30 hari menulis, saya ingin meminta maaf pada Putri yang sudah saya khianatin --tae ah bahasanya, hahaha-. Saya yang memulai, tapi saya tak bisa mengakhiri. Saya malah mencederai kesepakatan yang saya buat sendiri.

Sore ini, diantara deras hujan di Jember, saya menuliskan cerita ini di depan taman rumah Rina, sembari membaca permintaan maaf Putri karena juga tak bisa menulis secara rutin. Ternyata menulis rutin itu susah ya Put, hahaha :D Jadi sepertinya saya dan Putri sudah setuju --meski tanpa bukti tertulis-- kalau hari ini adalah awal dimulainya lagi tantangan yang pernah kami cetuskan bersama.

Saya baru menulis 19 artikel sejak tantangan ini dilontarkan. Jika artikel ini dihitung, maka genap 20 tulisan sudah. Maka hutang saya tinggal 10 artikel yang akan saya lunaskan dalam --insyaallah-- 10 hari kedepan.

Hutangmu tinggal berapa Put? :)

Senin, 21 Maret 2011

Hikayat Kelahiranmu, Perempuanku


Aku tak tahu kapan kamu lahir di dunia. Bisa jadi dini hari di kala semua orang terlelap. Bisa juga pada pagi hari, saat adzan subuh berkumandang dan semua orang bertandang ke masjid. Atau bisa juga saat siang hari, saat semua pegawai negeri menguap dan berharap waktuistirahat cepat datang. Atau bisa juga saat hari menua, senja merayap perlahan dan gegana memerah. Malah bisa juga menjelang malam, ketika Dunia Dalam Berita baru saja mengudara.

Perempuan setengah baya itu mengejan. Dengan badan berpeluh keringat. Bernegosiasi dengan malaikat kematian. Lantas bertempur dengan nasib dan takdir yang serupa neraca kehidupan dan kematian. Perempuan itu yang lantas akan kau panggil ibu, bunda, mamak, atau mama. Sama saja. Semua adalah panggilan untuk perempuan yang paling kamu hormati. Paling kamu sayangi.

Di luar, seorang lelaki menanti dengan cemas. Badannya juga penuh peluh. Entah khawatir, entah lelah. Meski yang dinantinya bukanlah penantian yang pertama kali. Sudah keempat kalinya ia menanti berkawan dengan cemas. Lelaki tersebut kelak akan kau panggil dengan sebutan bapak, ayah, abah, atau papa. Sama saja, tak ada bedanya. Semua adalah panggilan untuk lelaki yang paling kamu hormati. Paling kamu sayangi.

Kamu lahir dengan doa di telinga. Dengan harapan yang dihembuskan dan ciuman lembut di dahi. Berharap kamu menjadi anak yang diberkati. Juga dicintai.

Kalau sekarang kamu merayakan kehidupan, rayakanlah dengan bahagia. Karena semua orang yang telah menitipkan doa, menitipkan ciuman lembut, juga menghembuskan harapan padamu, boleh jadi bangga padamu. Tapi jalan masihlah panjang. Bisa jadi tak berujung. Hikayat kelahiranmu dan kehidupanmu belum juga selesai tertulis. Masih banyak lembar kosong yang harus kau tulisi cerita. Tulislah cerita dengan makna dan harapan.

Sekali lagi, aku tak tahu kapan tepatnya kamu dilahirkan. Bisa jadi dini hari saat para garong memasuki rumah orang kaya, dan berharap ada yang ia ambil sehingga bisa untuk membeli susu buat anaknya yang merengek kelaparan. Bisa juga di kala subuh menjelang, dimana para kupu-kupu malam mulai menguap dan bersiap pulang ke rumah sembari diiringi requim adzan subuh. Atau bisa juga siang hari, ketika para tukang becak bermandikan peluh dihantam srengenge sembari mengayuh becak berisikan anak-anak kecil sepulang sekolah. Atau ketika senja mulai naik, dan dijadikan inspirasi para penyair amatir untuk membuat sajak rayuan bagi perempuan mereka. Atau bisa saja ketika malam hari dan Harmoko masuk tipi sembari beretorika.

Bisa kapan saja. Aku tak tahu, dan aku lupa tak menanyakan padamu.

Tapi yang pasti saat ini adalah hari dimana hikayat kelahiranmu dituliskan, dan aku menyelamatimu untuk itu.

Selamat hari lahir Rina Fariana...

Sabtu, 19 Maret 2011

Kita Semua Akan Mati Muda



Steel Dragon adalah sebuah band heavy metal terkenal di Amerika. Bobby Beers sang vokalis adalah rock star pujaan para fans. Banyak band kugiran yang menjadi tribute band bagi Steel Dragon. Salah satunya adalah Blood Pollution.

Sang vokalis, Chris Cole, adalah seorang teknisi fotokopi di sebuah perusahaan. Selama hidupnya, ia selalu dibayangi oleh Bobby. Ia meniru gayanya berpakaian, gaya rambutnya, hingga cara bernyanyinya. Bahkan ia punya replika Bobby dengan ukuran aslinya.

Obsesinya terhadap Bobby dan Steel Dragon ia tumpahkan di Blood. Sayang, obsesinya terlalu besar dan Blood tak bisa menemukan gaya bermusiknya sendiri. Beberapa anggota lain sudah mulai muak terhadap obsesi Chris terhadap Steel Dragon. Dan kemuakan itu berujung pada pemecatan Chris dari Blood.

Semua tampak membosankan bagi Chris. Dunia yang ia cita-citakan telah dihancurkan oleh teman bandnya. Hanya sang pacar, Emily Poule, yang selalu setia mendukung Chris. Semuanya berubah ketika suatu hari Chris mendapat telepon dari Kurt Cuddy. Kurt adalah gitaris sekaligus pendiri Steel Dragon.

Saat itu Steel Dragon baru saja memecat Bobby karena perselisihan dalam band. Chris tak percaya bahwa yang menelpon adalah Kurt. Kurt sampai harus menelpon dua kali. Rupanya Kurt mendapatkan video penampilan Blood Pollution dari dua orang groupies. Merasa karakter dan suara vokal Chris cocok, maka Kurt menawarinya posisi vokalis.

Chris setuju. Sejak saat itu hidupnya tak pernah sama lagi.


Chris lantas hidup dalam dunia gemerlap ala rock star dan mengganti namanya jadi Izzy. Obat bius, alkohol, groupies, hingga orgy. Semua kesan yang melekat pada rock star adalah benar adanya. Chris begitu menikmati dunia barunya, meski pada awalnya sempat kagok.

Tapi seperti yang dikatakan Brett Michaels, every rose has its thorn. Semua kesuksesan pasti memiliki efek sampik. Kehidupan Chris berantakan. Hubungannya dengan Emily kacau, dan mereka putus. Sex, drugs, booze, lambat laun menjadi membosankan bagi Chris. Semua serba artifisial. Mulai pertemanan hingga cinta. Bahkan Bobby Beers sang idolanya ternyata adalah seorang homoseksual yang mengalami kerontokan rambut. Rambut panjang yang selalu dielukan para fansnya adalah wig.

Semua keadaan lalu mencapai puncak saat Chris menyodorkan lagu ciptaannya dan Kurt menolaknya mentah-mentah.

***

Rock Star adalah film yang dibintangi oleh Mark Wahlberg dan Jennifer Aniston. Sebagai salah seorang pemuda yang memuja musik metal 80-an, film Rock Star begitu berkesan. Menunjukkan sisi hitam putih dari gemerlapnya panggung rock. Ada kegembiraan, kegetiran, kepalsuan, hingga kebencian. Semua bercampur jadi satu.

Selain ceritanya yang memukau, soundtracknya juga begitu menggetarkan (halah!). OST film ini diisi oleh Steelheart. Miljenko "Mili" Matijevic, sang vokalis Steel Heart, mengisi suara Chris Cole yang melengking tinggi. Selain Mili, ada banyak musisi lain yang ikut urun rembug dalam film ini.

Ada Jeff Pilson (ex. Dokken), Zakk Wylde (ex. Ozzy Ousbourne), hingga Jason Bonham (ex. Foreigner, yang juga anak dari John Bonham sang drummer Led Zeppelin). Myles Kennedy yang vokalis Alter Bridge dan Slash juga tampak muncul sebagai cameo, memerankan Thor yang nantinya menggantikan Chris sebagai vokalis Steel Dragon.

Bagi yang belum menonton Rock Star, segeralah nonton sebelum anda menyesal di kemudian hari. Sebelum itu, silahkan simak We All Die Young. Lagu ini aslinya adalah lagu dari Steel Heart dan dirilis ulang sebagai lagu Steel Dragon. Single ini juga jadi lagu jagoan OST Rock Star.

Rock On!

Rabu, 16 Maret 2011

Mulailah Bersyukur!

Cerita dimulai dengan fakta bahwa saya punya seorang kawan akrab. Saya sudah mengenal dia hampir di seluruh masa hidup saya. Maklum, dia sudah satu sekolah dengan saya semenjak TK dan SD. Masuk SMP baru kita berpisah karena perbedaan kualitas otak :D

Sahabat saya itu akhirnya masuk di Fakultas mentereng di Universitas elit dengan semboyan excellent with morality. Dia berhasil lulus tepat waktu, dengan nilai yang memuaskan pula. Dia berhasil membuat orang tua dan banyak orang bangga.

Tapi setelah lulus dan berhak bekerja di bidang yang ia geluti, ia lebih memilih untuk keluar dari zona nyaman. Di saat semua kawan seangkatannya --para sarjana yang tidak hanya ekselen, tapi juga bermoral-- berlomba-lomba mencari pekerjaan dengan gaji tinggi, teman saya itu malah asyik menekuni pekerjaan jadi travel writer.

Itupun kalau travel writer sudah diakui sebagai pekerjaan.

Dunia penulisan perjalanan itu baru dia tekuni tahun 2010. Kami sama-sama menjadi penulis lepas. Dia menulis tentang perjalanan, saya lebih sering menulis musik.

Memasuki dunia baru yang belum begitu ia kuasai dengan titel sarjana adalah keputusan yang bodoh dan sia-sia. Bukan bagi saya, tapi bagi banyak orang di sekelilingnya.Termasuk para temannya. Tak sedikit para temannya yang mencibir. Sarjana kok gak "kerja".

Malah banyak yang ngomong "wah kerjamu enak ya, jalan-jalan terus, dapet duit pula. Kalau aku kerjanya, bla bla bla" dan sederet keluh kesah ala anak mama yang tak paham kalau keluhannya itu rawan memicu kanker otak bagi yang mendengarnya.

Mereka tidak sadar bahwa jadi penulis perjalanan bukanlah pekerjaan yang gampang. Menjadi penulis itu bukan hal yang lebih mudah ketimbang kerja kantoran.

Tidak percaya?

Jadi, seorang penulis perjalanan biasanya dapat assignment. Ini seringnya berlaku bagi para kontributor yang sudah memiliki jam kerja tinggi dan mutu tulisannya dapat dipercaya, sehingga media tak ragu memberikan tugas. Step pertama sudah tidak menyenangkan: pergi ke tempat yang sudah ditentukan oleh sang redaktur.

Setelah sampai di tempat tujuan, sang penulis tidak bisa langsung seenaknya ngeluyur kemanapun yang ia suka. Ia harus meliput hal-hal yang nantinya akan ia masukkan ke dalam tulisannya. Dan biasanya sudah ada kesepakatan antara penulis dan redaktur mengenai hal yang akan ditulis. Sekarang bayangkan misalnya kita pergi ke sebuah resor mewah di Bali. Kita ingin pergi ke air terjun yang ada di belakang resor, tapi sang redaktur menyuruh kita untuk menulis soal spa. Tidak enak kan?

Lalu setelah semua tugas dalam perjalanan selesai, penyiksaan belum usai. Ada yang dinamakan: MENULIS. Ini adalah proses terpenting. Menulis biasanya dibarengi oleh yang namanya DEADLINE. Biasanya garis kematian itu diberikan hanya beberapa hari setelah perjalanan usai. Bayangkan, di saat lelah setelah jalan-jalan, sang penulis tidak bisa beristirahat dengan tenang karena masih harus menulis. Setelah tulisan dikirim pun, masih ada revisi.

Bagaimana? Masih berpikir kalau bekerja jadi penulis perjalanan itu menyenangkan dan mudah? Mudah matamu cuk.

Step ini juga berlaku bagi para penulis lepas lainnya, termasuk penulis musik. Kalian bisa membayangkan betapa tidak menyenangkannya jadi penulis musik lepas yang tidak suka Ungu atau Wali, tapi ditugaskan menulis tentang kenapa "Aku Bukan Bang Toyib" itu laris di pasaran, atau kenapa Ungu tega menulis lagu dengan lirik busuk macam "I will always love you, kekasihku"?

Tapi semua keburukan itu jadi sirna, tidak pernah kami rasakan. Kenapa? Simply because we love our job! Karena kami mencintai pekerjaan kami, sesederhana itu. Karena mencintai pekerjaan kami, uang honor jadi seperti bonus saja. Ada rasa puas ketika tulisan yang kami kerjakan nampang di majalah atau koran, lalu kami bisa menunjukkan pada orang-orang terdekat kami bahwa kami tidak melakukan sesuatu yang sia-sia. We did something!

Karena alasan mencintai pekerjaan juga, kami semua berusaha untuk tidak mengeluh. Tapi nyatanya tidak mengeluh serta menikmati pekerjaan itu adalah hal terakhir yang dilakukan para temannya sahabat saya itu.

Alih-alih bersyukur karena sudah dapat kerja, mereka malah ngomel, mengeluh, dan berkesah. Sebenarnya hal itu sah-sah aja, silahkan. Tapi masalahnya mereka sudah mulai sirik dengan kehidupan orang lain. Sudah mulai bilang "ah kamu kerjanya enak banget sih, jalan-jalan terus, bla bla bla bla". Mendengarkan keluh kesah seperti itu rasanya saya ingin memindah kuping ke dekat lubang anus.

Kenapa mereka tidak mulai bersyukur? Bersyukur bahwa mereka masih bisa kuliah, sudah sarjana, sudah dapat pekerjaan mapan dengan cepat, dan dapat gaji bulanan secara rutin. Kenapa harus mengeluh kerjanya membosankan, teman sekantornya menyebalkan, bla bla bla. Mereka seharusnya sadar, banyak orang yang tidak bisa kuliah, kuliah pun susah lulus, setelah lulus pun harus pontang panting cari kerja, cari kerja pun gajinya belum tentu cukup selama sebulan.

Banyak orang bijak bilang, salah satu cara membentuk manusia yang tangguh, tak pernah mengeluh, dan selalu bersyukur adalah dengan traveling. Saya setuju.

Seharusnya memang mereka traveling ke TIMBUKTU atau ke UGANDA!

*meskipun tulisan saya memang selalu buruk, kalau sedang emosi begini tulisan saya jadi makin bertambah buruk. Saya sepertinya memang tidak bisa jadi penulis yang bisa bikin orang merenung, hahaha*

Sabtu, 12 Maret 2011

Debut Fenomenal Dalam Sebuah Sedan Timor

Saya berkenalan dengan The Strokes melalui cara yang aneh dan random. Sebagai orang dengan selera musik yang terhenti pada era sebelum grunge, saya tak pernah begitu menyimak banyak musik tahun 90-an keatas. Itu termasuk The Strokes.

Tapi sebuah single berjudul 12:51 berhasil membuat saya menyimak sejenak band dari kota New York ini. Bahkan saya sempat membawakan lagu ini dalam sebuah gigs kecil di kota saya. Setelah itu selesai sudah.

Saya tak pernah sadar kalau 12:51 itu lagu dari Room on Fire, album kedua band ini. Saya juga tak pernah tahu bahwa The Strokes menjadi fenomenal karena Is This It, sebuah debut yang dianggap sebagai pelopor garage rock revival.

Perkenalan saya dengan Is This It justru terjadi ketika saya berada di Jakarta, tepatnya di sebuah sedan Timor berwarna gelap milik M. Taufiqurrahman. Malam itu pertengahan Februari 2010. Saya mampir ke kantor Jakarta Post dan mas Taufiq menawarkan sebuah kamar kosong di rumahnya. Saya yang memang butuh tumpangan menginap mengiyakan ajakan itu.

Di tengah jalanan Jakarta yang sudah tak seberapa ramai, mas Taufiq memutarkan sebuah cd hasil burning di tape deck mobilnya. Musiknya aneh, mengawang-awang, dan memusingkan. Menambah pusing kepala saya yang seharian tadi bergelut dengan kemacetan dan polusi Jakarta.

"Hehehe, ini terlalu berat kayaknya. Ganti ini aja" kata Mas Taufiq sembari mengeluarkan cd musik aneh itu. Ia lantas menggantinya dengan sekeping cd --juga hasil burning. Thanks god. Saya hanya bisa berharap bahwa musik yang diputar tidak semakin aneh.

Beberapa detik setelah cd dimasukkan, intro gitar kasar langsung menguar di udara. Lantas ditimpali dengan beat drum yang slow namun bertenaga. Setelah itu masuklah suara vokalis yang bernyanyi slengean, seperti orang mabuk. Saya jatuh cinta seketika dengan lagu Last Nite. Lagu pertama yang mengalun dari sound tape mobil mas Taufiq, salah satu single di album Is This It.

Akhirnya album itu diputar terus menerus hingga sampai di rumah mas Taufiq. Belakangan juga saya tahu kalau cd original Is This It milik mas Taufiq hilang dicuri orang ketika berlangsungnya pernikahan sang adik. Sang soundman acara itu diduga kuat sebagai terdakwa.

Belakangan ini saya kembali getol mendengarkan Is This It. Bisa jadi karena efek depresi singkat karena ditinggal dosen pembimbing skripsi saya ke Amerika. Karenanya skripsi saya jadi sedikit terhambat. Meskipun itu adalah alasan untuk bersantai sejenak dan menulis beberapa tulisan singkat seperti ini.

Track favorit saya adalah Someday, Last Nite, dan New York City Cops. Sangat cocok untuk didengarkan di akhir pekan sembari menunggu datangnya malam hari untuk berkencan.
Selamat berakhir pekan semua. Lalu mari sejenak berdoa untuk para "saudara tua" kita di Jepang. Semoga semua akan baik-baik saja.

Sabtu, 05 Maret 2011

10 Vokalis Terbaik?

Beberapa hari lalu seorang kawan bertanya pada saya. "Siapa 10 vokalis terbaik menurutmu? Gak cuma di studio aja, tapi juga di panggung, termasuk atraksi panggungnya. Kalau cuma bagus di studio kayak vokalisnya Dragon Force yo mati wae" ujarnya.

Saya berpikir keras kala itu. Bukannya apa, membuat daftar 10 dari jutaan itu sangatlah susah. Ada banyak vokalis favorit saya. Dan jumlahnya pasti lebih dari 10. Setelah sholat istikharah --haiyah-- inilah dia 10 vokalis terbaik versi Nuran Wibisono. Kalau kalian tidak setuju, gak usah ngomel disini, silahkan bikin list kalian sendiri.

Oh ya, nomer tidak menandakan urutan.



1. Jim Morrison

Ada suatu anekdot menarik mengenai Jim Morrison.

"Kalau Jim Morrison berkelahi dengan tuhan, siapa yang akan menang? Kalau kamu menjawab Jim, maka kamu salah. Kalau kamu menjawab tuhan, maka kamu salah besar. Jawabannya tak ada yang menang, karena ini adalah pertanyaan jebakan. Kenapa tak ada yang menang? Karena Jim Morrison adalah tuhan. Sesederhana itu."

Dan bagi saya, Jim Morrison memang serupa tuhan. Suaranya yang magis nun menggetarkan, aksi panggungnya yang menggemparkan, hingga lirik-lirik absurd ala beat poet begitu membuat saya mengidolakannya. Pemberontakannya terhadap sistem dan moralitas yang berlaku pada era flower generation ini membuatnya jadi simbol pemberontakan, wajahnya yang rupawan dan badannya yang atletis membuat dia jadi simbol seks baru. Makanya saya heran ketika salah satu majalah musik terkenal di dunia tidak memasukkan Jim sebagai simbol pemberontak. Malah memasukkan Pink dan Avril Lavigne? Idiot.

Lagu penting: The End, Unknown Soldier

2. Axl Rose

Kalau ada binatang yang terperangkap dalam tubuh manusia, mungkin binatang terbuas ada pada manusia bernama William Bruce Bailey, alias Axl Rose.

Penderita beberapa penyakit mental ini seperti sosok Dr. Jeckyll yang harus bertarung dengan alter egonya, Mrs. Hyde. Pada beberapa kesempatan, Axl sangat ganas dan brutal, sering keluar masuk penjara, berkelahi dan membuat onar. Sering pula ia menghentikan konser di tengah jalan hanya karena moodnya sedang buruk. Tapi kadang kala dia sangat halus dan lembut, bahkan membuat lagu cinta nan romantis macam Patience atau Sweet Child O Mine.

Suaranya pun bukan tipikal penyanyi 1000 dapat 3. Kadang suaranya melengking, kadang bisa mengeluarkan suara berat dan serak. Kalau ditanya mengenai aksi panggung, Axl Rose seperti bola bekel. Lari kesana kemari, meloncat, berguling, menari, dan bergulung koming. Pendek kata, Axl Rose adalah salah satu vokalis terbaik di dunia.

Lagu Penting: Welcome to the Jungle, Estranged

3. Sebastian Bach

Pretty Bad Boys adalah istilah untuk menggambarkan para hair rockers. Para hair rocker itu tipikalnya adalah berwajah tampan dan berkelakuan nakal. Wajah boleh seperti malaikat, tapi kelakukan seperti Lucifer yang baru saja lepas dari neraka.

Salah satu PBB yang paling legendaris adalah Sebastian Bach, mantan vokalis Skid Row. Sebenarnya karakter Bach hanya satu tingkat di bawah Axl. Kekurangan Bach hanya tidak begitu bisa membuat lirik dan musik yang bagus, masih kalah dengan Axl.

Suara Bach adalah tipikal vokalis metal, melengking tajam, bening, tapi tetap merdu terhadap nada rendah. Meski berwajah "cantik", Bach yang mantan penyanyi pernikahan ini adalah tipikal bad boy.

Dalam suatu konsernya, Bach pernah dilempar botol bir oleh seorang penonton yang mabuk. Alih alih menghentikan konser, pria berambut pirang ini malah menantang pria itu untuk naik ke atas panggung dan berkelahi dengannya. Karena penonton itu tak mau naik ke atas panggung, Bach melompat ke arah penonton itu dari panggung yang jaraknya hampir tiga meter! Setelah melompat, dihantamkannya tangan yang besar ke penontok sok jagoan itu. Konser pun ricuh, dan Bach dipenjara selama beberapa hari.

Pretty fucking bad boy!

Lagu penting: Youth Gone Wild, In the Darkened Room

4. John Lennon

Konon, Mark Chapman sang pembunuh John Lennon adalah orang suruhan CIA. Lennon digolongkan menjadi musuh Amerika dan layak untuk dibunuh. Itu semua karena pengaruhnya yang begitu besar, baik secara kultural maupun politis.

Suatu ketika Lennon pernah berkata bahwa Beatles lebih populer ketimbang Yesus. Banyak orang protes, tapi mereka tak bisa memungkiri kalau fakta itu sepertinya benar. Alasan terbesar Beatles berhenti mengadakan konser adalah karena suara histeria penonton jauh lebih keras ketimbang musiknya.

Lennon pun mengalami banyak transformasi dalam hidupnya. Dari sweet and romantic boy ala The Beatles, beralih ke ajaran timur, menjadi aktivis damai dan menuliskan "Imagine" salah satu lagu terhebat sepanjang masa. Lennon sendiri adalah tipikal penyanyi yang komplit. Meski bagi sebagian besar pemuja Beatles, suara Lennon masih kalah oleh Mc Cartney, tapi tak ada yang berani menolak kalau kharisma Lennon begitu besar, jauh diatas kompatriotnya itu.

Lagu penting: Imagine, Strawberry Fields Forever

5. Marvin Gaye

Let's Get It On adalah salah satu lagu romantis terbaik sepanjang masa. Sedangkan Sexual Healing adalah salah satu lagu yang paling sering dijadikan backsound ketika bercinta. Dan otak dibalik semua itu adalah seorang pria keling bernama Marvin Gaye.

Sebagai seorang penyanyi soul, dia memang sangat menjiwai setiap kali bernyanyi. Suaranya yang susah digambarkan itu juga sukses bikin saya merinding. Begitu pula aksi panggungnya. Dia seringkali bersimpuh ketika menyanyikan lagu cinta, ia seperti menyanyi di hadapan kekasih yang ia cinta. Soulful sekaligus menggetarkan.

Sayang, sebuah peluru di kepalanya membuat dia tak bisa lagi bernyanyi.

Lagu penting: Let's Get it On, What's Goin On


6. Ucok Harahap

Salah satu vokalis terhebat sepanjang sejarah musik Indonesia. Ucok yang dikenal sebagai Ucok AKA adalah pionir shocking stage act di Indonesia. Berbagai atraksi panggung yang tak pernah ditampilkan oleh vokalis manapun di Indonesia, seperti gantung diri, masuk ke peti mati, bernyanyi dengan kepala di bawah, dilakukan oleh Ucok.

Belum lagi masalah karakter vokal. Karakter vokalnya yang serak dan bluessy membuat dia menjadi salah satu vokalis paling berkarakter yang dimiliki Indonesia. Dan pronounciationnya sungguh sangat sempurna. Menyimak Shake Me atau Crazy Joe, anda tidak akan mengira kalau penyanyi lagu ini adalah seorang dari Surabaya.

Crazy!

Lagu penting: Crazy Joe, Shake Me


7. Aretha Franklin

Jack Black dalam School of Rock pernah berkata "Aretha berbadan besar. Tapi ketika dia bernyanyi, semua orang ingin berpesta dengannya!"

Jack tidak salah. Suara Aretha yang dalam dan berat membuat dia menempati urutan nomer satu dalam daftar penyanyi terbaik sepanjang masa yang dibuat oleh Rolling Stone. Queen of Soul adalah sebutan yang pantas ia rengkuh.

Aretha mungkin memang dilahirkan untuk bernyanyi. Ketika ia diciptakan, mungkin tuhan sedang bernyanyi dan berbahagia. Akhirnya suara Aretha menciptakan kebahagiaan bagi mereka yang mendengar. Semua nada, baik tinggi maupun rendah, bisa dilibasnya dengan mudah. It's just a piece of cake, ujarnya. Kalau tidak percaya, simak saja lagu Respect, dan anda akan menghormati pilihan para editor Rolling Stone.

Lagu penting: Respect, I Know You Were Waiting For Me


8. Iwan Fals

Iwan Fals adalah salah satu legenda musik terbesar di Indonesia, bahkan di Asia. Majalah TIME bahkan pernah menobatkan Iwan sebagai Asian Heroes.

Liriknya begitu membakar, mengobarkan semangat, dan membuat bulu kuduk merinding. Ia begitu humoris sekaligus sarkastis. Kalau di panggung ia irit bicara, hanya ngomong seperlunya. Tapi lirik yang ia muntahkan sudah membicarakan apa yang ia ingin teriakkan. Hanya berbekal sebuah gitar akustik, dia adalah ksatria bergitar yang sebenarnya, bukan si kribo berjanggut yang sok agamis itu.

Lagu penting: Bento, Wakil Rakyat, Bongkar


9. Janis Joplin

Salah satu penyanyi perempuan terbaik dalam sejarah musik rock. Suaranya serak-serak basah, dan kalau bernyanyi bisa sangat soulful. Kalau anda pernah melihat video Woodstock 69, bisa disimak ketika Janis bernyanyi Ball and Chain dengan penuh penjiwaan, malah hampir menangis ketika membisikkan lirik yang syahdu.

Lagu penting: Try, Ball and Chain




10. Arian 13 dan Otong Koil

Dua vokalis ini adalah dua orang vokalis rock terbaik di Indonesia. Mereka berdua adalah penulis lirik yang jenius. Mereka berdua juga front man yang bagus. Aksi panggung mereka adalah jaminan adanya headbanging atau moshing. Belum lagi celotehan-celotehan nakalnya. Arian suka menghujat para aktivis agama sayap kanan, dan Otong suka menyindir para band-band pop menye-menye --sekarang SM*SH adalah sasaran utamanya.

Karena itu saya bingung memilih siapa yang terbaik di antara mereka. Ketimbang pusing, saya masukkan saja mereka berdua. Toh gak akan ada yang protes, karena ini blog punya saya dan saya bebas mau nulis apa aja, hehehe.

Lagu penting:

Arian: Mengadili Persepsi, Citra Natural

Otong: Aku Lupa Aku Luka, Kita Dapat Diselamatkan

Andrey Gromico: Dari Sex in the Car Hingga Pretty Bad Boys


Kalian semua sudah kenal Andrey Gromico kan? Pria tipikal korban KDRT ini ternyata punya bakat menyanyi. Serius. Bakatnya bukan hanya menggoda om-om berpantat seksi atau motret model cantik yang bohay.

Miko juga bisa menyanyi.

Saya sadar akan hal itu ketika memergoki Miko menyanyikan lagu Beat It. Suaranya memang tak sama dengan Michael Jackson --Miko hanya punya satu kemiripan dengan idolanya itu: pedofilia, hahahaha. Tipikal suara Miko adalah bening dan melengking, sangat cocok untuk dijadikan vokalis band metal 80-an.

Nah, kebetulan, waktu itu saya punya band. Ya band kugiran dan amatiran gitu. Namanya Sex in the Car. Band ini sering bermasalah dengan vokalisnya. Vokalis band saya terlalu terobsesi dengan Hyde-nya Laruku. Sedang band kami memainkan tipikal lagu rock ala Jet atau The S.I.G.I.T, akhirnya gak pernah nyambung, hehehe.

Untuk mengisi kekosongan vokalis, saya mengajak Miko untuk manggung. Awalnya dia semangat sekali. Dia ternyata mempunyai obsesi untuk jadi rock star dan bisa tidur dengan banyak groupies.

Panggung pertama kami adalah di sebuah pameran buku yang diadakan oleh EO dari luar Jember. Awalnya saya tak punya keinginan untuk main disana. Tapi Miko yang saat itu jadi salah satu panitia mengajak saya untuk tampil dalam format akustik. Oke lah, saya setuju.

Nah, saya pun mengajak Miko untuk menyanyikan dua buah lagu. New Generation dan Live in New York. Semuanya adalah lagu dari The Super Insurgent Group of Intemperate Talent.

Hari H tiba, saya dan teman band sudah datang 30 menit sebelum manggung. Check sound pun beres. Penonton makin banyak memadati panggung yang sebenarnya cuma berupa undakan dengan tiga buah kursi. Mereka penasaran akan aksi Miko. Pasalnya, tak pernah ada orang tahu bahwa ternyata Miko bisa bernyanyi.

Ketika waktu tampil kurang 5 menit, saya kebingungan. Apa pasal? Ternyata Miko sang calon rock star itu menghilang. Ah, belum jadi rock star aja udah ngehe pake ngilang segala. Saya kelimpungan mencari Miko.

Ternyata calon rock star itu ada di luar gedung. Kebingungan dengan muka yang pias. Ada apa ini?

"Jancuk, aku ndredeg cuk. Kebelet ngeseng aku" ujar Miko dengan muka yang berpeluh keringat dingin. Wakakakaka, calon rock star matamu. Baru tampil akustikan aja sudah grogi dan kebelet beol. Dadio penyanyi dangdut wae cuk :D

Saya yang kejam dan bertangan besi tak perduli kalau Miko menghadapi demam panggungnya yang pertama. Saya seret dia untuk segera masuk ke dalam gedung.

Tanpa dinyana, Miko berontak dan lari. Saya pikir dia mau lari keluar kompleks gedung lewat pintu gerbang, saya sudah bersiap untuk berlari dan menyusulnya, biar mirip adegan di sinetron-sinetron. Ternyata dia berlari menuju tembok dan berniat memanjat tembok lantas keluar. Kau pikir ini film Escape from Alcatraz? :D

Saya ketawa ngakak sembari memegang ujung baju Miko. Miko juga ikut ketawa-ketiwi. Betapa tololnya kami berdua. Setelah saya paksa, akhirnya pria blegug ini mau masuk ke dalam.

Masalah tidak berhenti sampai di situ. Miko masih saja gagap dan terserang demam panggung yang hebat. Dia berkali-kali mengeluh kalau perutnya sakit dan kebelet beol. Brengsek benar calon dut star ini.

Untunglah demam panggung itu tak lama. Setelah memegang mic, si Miko tampak bisa sedikit mengatasi rasa cemasnya. Dia pun bernyanyi dua buah lagu dengan cukup baik. Meski pronounciationnya berantakan :D

Pengalaman kedua Sex in the Car manggung bareng Miko adalah ketika ada acara inaugurasi Dewan Kesenian Kampus, UKM Kesenian Fakultas Sastra. Saat itu Miko tidak begitu grogi karena vokalis utama Sex in the Car ikut manggung. Kami membawakan Black Amplifier dengan cukup bagus. Dan saya terlalu berkonsentrasi pada musik, sehingga tak melihat muka Miko yang barangkali saja kebelet beol part dua.

Pengalaman ketiga manggung bersama Miko adalah ketika saya sudah punya band baru. Pretty Bad Boys namanya. Saat itu kami manggung di acara pameran Sindikat, komunitas desain grafis Jember.

Saat itu saya menyuruh Miko untuk menghafalkan Only Love Can Break Your Heart, sebuah lagu lama milik Neil Young yang digarap ulang oleh The S.I.G.I.T. Serta Black Amplifier format akustik.

"Wis, gampang iku. Engko aku tak ngeprint wae teks-e, dadi engko nyanyi karo ndelok teks" ujar Miko. Akhirnya dia mencetak contekan dua lirik lagu itu 10 menit sebelum manggung.

Di tengah jalan menuju tempat manggung, hujan turun. Cukup deras. Untung tak lama, jadi kami tak basah kuyub. Tapi ada satu masalah: tinta di kertas contekan lirik itu luntur dan menghitamkan seluruh kertas.

Tak ada contekan lirik malam ini kawan. Rasakan itu :D

***
nb: Entah kenapa, saya kadang kangen dengan ketololan dan kepolosan Miko. Untuk memperingati Nyepi, maka saya tulis ini. Sekedar memoar bahwa meski Andrey Gromico adalah korban KDRT stadium 4, dia adalah mantan vokalis band. Juga untuk Miko yang seringkali merasa kesepian di tengah keramaian Jakarta. Ndang mulih nang Jember cuk.

Selamat Hari Raya Nyepi untuk yang merayakan :)

Kamis, 03 Maret 2011

Cinderella Story

Dalam suatu pesta Halloween tahun 1980, Carl Thomas Keifer sedang berjalan menuju kamar mandi di sebuah bar kecil di Philadelphia. Saat itu malam hari, dan pesta Halloween berlangsung meriah.

Keifer, pria muda berambut gondrong, bertinggi badan sedang, berbibir tebal dan bersuara serak adalah seorang musisi kelahiran kota kecil Springfield. Dia begitu terpengaruh oleh musik blues, terutama Delta Blues.

Keifer adalah mantan pecandu narkoba. Semenjak SMP dia begitu ingin keluar dari sekolah dan mengejar karirnya di bidang musik. Beruntung sang ibu memaksa Keifer untuk menyelesaikan sekolahnya dan berjanji akan memberikan sebuah gitar Les Paul jika dia berhasil lulus sekolah. Akhirnya sebuah gitar produksi Gibson tersebut berhasil ia miliki. Setelah lepas dari ketergantungan narkoba, Keifer memutuskan untuk serius bermusik.

Di kamar mandi bar itulah semua awal mula kisah terjadi. Dia bertemu dengan Eric Brittingham, seorang bassis muda kelahiran Salisbury bertampang rupawan. Dengan rambut blonde dan kulit halus, dia kadang terlihat sangat "cantik" untuk seorang pria.

Mengetahui selera musik mereka sama, Keifer dan Brittingham lantas sepakat membentuk Saints in Hell. Keifer selalu berusaha mencari vokalis yang cocok buat bandnya. Sayang, dia tidak menemukan vokalis yang pas.

Karena Saints in Hell tidak berjalan dengan baik, Keifer dan Brittingham membentuk band baru, Cinderella. Band ini terbentuk tahun 1983. Meski Brittingham sendiri berkata bahwa band ini terbentuk pada tahun 1982.

Karena bosan harus mencari vokalis dan selalu gagal, akhirnya Keifer memutuskan untuk menjadi vokalis. Meski untuk itu Keifer harus rela membunuh rasa malu.

"Aku tidak pernah merasa nyaman ketika aku bernyanyi dan tidak bermain gitar. Aku merasa sedang telanjang ketika hanya ada aku dan microphone" katanya pada suatu kesempatan. Akhirnya Keifer bernyanyi sembari bermain gitar.

Cinderella mendapat dua orang anggota tambahan. Gitaris Michael Schermick dan drummer Tony Destra. Tapi pada tahun 1985, Schermick dan Destra keluar dari Cinderella dan membentuk Britny Fox.

Posisi dua orang itu lantas digantikan oleh gitaris Jeff LaBar dan drummer Jim Drnec.

Suatu hari di tahun 1985, Cinderella bermain di Empire Rock Club, sebuah club di Philadelphia yang menjadi tempat penting bagi perkembangan musik hair metal di East Coast pada tahun 1980-an.

Ternyata ada seorang penonton istimewa pada malam itu. Jon Bon Jovi namanya. Kenal? Jon adalah vokalis Bon Jovi, band glam rock asal Nevada yang saat itu sudah sangat terkenal.

Jon begitu terkesima dengan permainan Cinderella, terutama karakter vokal Keifer yang berat dan serak. Juga kentalnya aksen blues pada permainan gitarnya.

"Aku melihat Tom Keifer diatas panggung. Suaranya sungguh sangat menggetarkan. Dia memainkan Les Paulnya dengan penuh penjiwaaan" ujar Jon.

Jon lantas merekomendasikan Cinderella pada Derek Shulman, A&R PolyGram Record. Derek terlebih dahulu melejitkan Bon Jovi. Setelah mendengarkan Cinderella bermain, Derek setuju untuk merekrut mereka. Cinderella lantas teken kontrak di label Mercury/PolyGram Record.

Mereke lantas merekam album debut Night Songs. Di tengah pengerjaan album ini, drummer Jody Cortez keluar dan digantikan oleh Fred Coury, mantan drummer dari band hair metal bernama London.


Night Songs, album debut Cinderella. Album debut ini membuat Cinderella menjadi salah satu best new comer dalam scene hair metal di Amerika.



Album debut ini keluar pada bulan Agustus 1986 dan terjual hingga beberapa juta kopi. Album ini mencapai peringkat 3 dalam chart billboard pada Februari 1987.

Mengandalkan single "Shake Me" sebagai single pertama, Night Songs dianggap sebagai salah satu album terbaik Cinderella. Album ini juga melejitkan "Nobody's Fool", sebuah power ballad megah dengan dwilogi video klip.

Kesuksesan Night Songs diikuti dengan tur pertama Cinderella. Saat itu tahun 1986, Cinderella melakukan tur dengan Poison, salah satu band hair metal legendaris. Dua band itu membuka konser band heavy metal asal Jepang, Loudness. Lantas pada tahun 1987 Cinderella tur selama 5 bulan untuk membuka konser David Lee Roth, mantan vokalis Van Halen.

Salah satu tur terbaik mereka adalah ketika Cinderella membuka konser Slippery When Wet Tour-nya Bon Jovi. Brittingham mengakui itu.

"Tur bersama Bon Jovi bisa jadi adalah tur kami yang paling menyenangkan. Semua anggota band dan kru bersenang-senang bersama. Apa bentuk kesenangan itu? Well, itu rahasia" ujarnya.

Sayangnya, bentuk kesenangan para hair rocker sudah bukan lagi rahasia kawan :)


Setelah menghabiskan tahun 1987 dengan tur panjang, akhirnya pada tahun 1988 Cinderella merilis album kedua mereka, Long Cold Winter. Album ini dikerjakan selama mereka melakukan tur Night Songs. Keifer masih menjadi penulis lirik hampir sebagian besar lagu di album ini. Sama seperti album debut mereka, album kedua ini juga mendapat triple platinum.

Album berisi 10 lagu ini melejitkan ballad rock "Don't Know What You Got (Till It's Gone). Sebuah balada berdurasi hampir 6 menit yang kental dengan nuansa piano dan slide gitar. Lagu ini lantas dianggap sebagai salah satu lagu yang melejitkan Cinderella ke deretan band hair metal "kelas atas."

Dibandingkan Night Songs yang kental suasana hard rock, album ini lebih mengedepankan nuansa blues rock yang dibawa oleh Keifer sebagai pencipta sebagian besar musik Cinderella. Mulai dari Bad Steamstress Blues/ Flling Apart at the Seams yang mengejutkan, hingga Long Cold Winter yang memang merupakan blues gelap dan dingin.

Lagu "The Last Mile" dirilis sebagai single kedua. Di album ini pula ada sebuah lagu favorit saya, "Coming Home," sebuah ballad rock yang ringan namun berkelas.

Album Long Cold Winter juga membawa dampak yang lebih besar. Cinderella jadi lebih dikenal. Mereka pun melakukan 245 tur selama 14 bulan, termasuk tampil dalam salah satu konser terbesar, Moscow Music Peace Festival bersama dengan Ozzy Ousbourne, Scorpions, Motley Cure, Bon Jovi dan juga Skid Row.

Pada bulan April 1990 Cinderella merilis video bertajuk "Tales From Gypsy Road", yang berisikan 4 video promo dan 2 video medley. Salah satu videonya adalah ketika Cinderella tampil memainkan lagu Sweet Home Alabama milik band legendaris Lynyrd Skynyrds.

Setelah mengeluarkan dua albumnya, Cinderella memang jadi tampak berbeda dari band hair metal yang saat itu tengah menjamur. Bagi sebagian besar pengamat musik, Cinderella setingkat lebih maju dibandingkan banyak band hair metal lainnya. Musik Cinderella yang banyak dipengaruhi oleh blues membuat sound mereka berbeda.



Keunggulan sound masih ditambah pula dengan karakter suara Keifer yang berat dan serak. Karakter suara seperti itu lebih umum ditemukan pada penyanyi blues, bukan tipikal penyanyi rock 80-an yang mengandalkan suara bening dan bisa melengking tinggi --ingat Sebastian Bach dan Michael Matijevic?

Rolling Stone menyebut Keifer sebagai "a gritty, bluesy, rocker with enough genuine swagger to draw comparisons to Mick Jagger."

Lebih lanjut, salah satu majalah musik terbesar di dunia ini mengatakan bahwa "Long Cold Winter is indeed a radical departure from the no-frills-crotch rock mentality of Night Songs, Cinderella's 1986 debut. The top-notch musicianship and streetwise savvy displayed on the album. Make Cinderella a force to be reckoned with."

Periode 80-an yang menyenangkan dengan cepat berakhir. Datanglah periode 1990-an yang dikenal sebagai senja kala hair metal dan musik rock stadium. Gerombolan anak muda berkemeja flannel, memakai sepatu Converse dan menamakan musik mereka sebagai grunge datang. Hobi bersenang-senang dan menikmati hidup ala hair metal pun berganti dengan rengekan depresi dan keinginan untuk bunuh diri karena dunia bagi mereka rupa-rupanya terlalu kejam. Dan sayangnya, perilaku depresi serta musik yang menyertainya itu laku di pasaran. Beberapa band hair metal gulung tikar dan hilang bagai tertelan tsunami.

Tapi itu tidak berlaku --setidaknya belum-- bagi Cinderella. Tahun 1990 Cinderella merilis album ketiganya, Heartbreak Station. Meski hanya mendapat satu platinum --dua album sebelumnya mendapat triple platinum-- tapi banyak orang bilang bahwa album ini adalah album terbaik Cinderella.


Heartbreak Station, album ketiga sekaligus album terbaik mereka. Pengaruh blues sangat kental di album ini

Pengaruh delta blues tampak sangat kental. Permainan slide Keifer begitu merajalela di lagu-lagu seperti "Shelter Me" sebuah lagu yang kental akan aksen bottleneckslide dan permainan solo saxophone , "The More Things Change", "Dead Man's Road" atau "Sick for the Cure." Keifer juga meluaskan wilayah bermusiknya dengan memainkan dobro dan mandolin.

Album ini bahkan dianggap sebagai album hair metal terbaik setelah Appetite For Destruction.

Tapi kenyataan pahit harus muncul. Pada pertengahan tur, Fred Coury keluar dari band dan membentuk band Arcade bersama mantan vokalis Ratt, Stephen Pearcy.

Kenyataan pahit masih terus berlanjut. Pada suatu hari saat beristirahat dari tur Heartbreak Station, Keifer sedang duduk di studio rekamannya. Ketika ingin merekam suaranya, Keifer terkaget. Dia tidak bisa bernyanyi lagi. Suaranya tiba-tiba hilang secara misterius.

Yang lebih menakutkan adalah, bahkan dokter tak tahu apa penyebab hilangnya suara Keifer. Keifer lalu menemui seorang spesialis di Philadepia. Setelah menjalani operasi pada tenggorokan dan pita suaranya, Keifer masih harus belajar bernyanyi lagi. Keifer berlatih pada seorang terapis dan guru vokal.

Keifer harus berperang dengan penyakit misterius itu selama 3 tahun. Akhirnya pada tahun 1994, Still Climbing, album keempat Cinderella dirilis. Album ini melejitkan "Hot and Bothered" yang jadi salah satu OST Wayne's World. Sayang, mimpi indah bagi para hair bands sudah berakhir. Waktunya bangun dan menemui kenyataan bahwa musik grunge dan alternatif sudah jadi raja baru.

Hal ini bagaikan bunyi dentang lonceng 12 malam. Saatnya Cinderella untuk pulang karena kereta sudah kembali berubah jadi labu .

"Keadaan lah yang memaksa kami untuk bubar. Kita dipecat dari Mercury dan kami tidak tertarik pada label lain. Grunge datang dan melibas semua band seperti kita di pasar musik. Maka kita harus berkemas" ujar Brittingham.

Mercury Records yang merasa Cinderella sudah tidak efisien untuk jadi mesin uang, akhirnye menendang band ini. Tapi pada tahun 1996, Mercury Records merilis kompilasi greatest hits Cinderella berjudul Once Upon A...

Tahun 2000 angin segar berhembus. John Kalodner merekrut Cinderella untuk label Sony. Tapi dasar brengsek, label itu menghentikan kontrak bahkan sebelum album baru mereka keluar. Band ini mengalami hiatus selama hampir tiga tahun sebelum mereka melakukan tur kecil-kecilan pada tahun 2002. Nasib sama dirasakan oleh banyak band hair metal lainnya.

Bahkan Joe Leste, vokalis Bang Tango, salah satu dari ratusan band hair metal pada eranya, harus menjadi vokalis untuk sebuah band cover AC/DC untuk mendapatkan tambahan uang.

Poison, Motley Crue, bahkan Skid Row pun terpaksa melakukan gigs kecil pada bar-bar kumuh. Persis seperti awal mereka memulai karir musik. Tapi para hair rocker itu adalah tipikal manusia bermental baja. Mereka sama sekali tidak mengeluh, malah menikmatinya.

"You know, konser di bar kecil ini suasananya sungguh sangat menyenangkan. Just like the old days. Ada orang mabuk, ada pula anak muda sok keren yang tidak tahu betapa hebatnya kami di masa lalu, dan ada fans-fans lama. Melakukan rutinitas ini sungguh menyenangkan" kata Vince Neill, sang vokalis Motley Crue yang bersama bandnya sempat melakukan banyak gigs di bar kecil pada pertengahan tahun 2000-an.

Dan terbukti para hair bands itu tak pernah mati. Old rocker never dies. Pada tahun 2006, Cinderella bersama Poison melakukan tur bersama. Mereka memperingati 20 tahun keluarnya album debut mereka, Night Songs dan Look What the Cat Dragged In.

Selain tur, para personel Cinderella punya kesibukan lain. Brittingham membentuk band baru bersama istrinya, Inga. Dengan mengajak LaBar, mereka membentuk band hard rock bernama Naked Beggars. Band ini cukup sukses. LaBar juga mempunyai sebuah acara radio bernama Late Night with the Labars. Keifer sendiri membuat album solonya.

Tahun 2010 Cinderella bermain di beberapa konser besar seperti Sweden Rock Festival dan menjadi headliner pada konser MSC Poesia. Lalu mereka bermain juga di Download Festival, Donington Park, Inggris pada Juni 2010.

Cinderella masih belum mau berhenti. Tahun 2011 ini mereka berencana melakukan tur besar untuk menyambut 25 tahun keluarnya album Night Songs. Semoga Log Zhelebour mau mengundang mereka untuk tur di Indonesia, sama ketika Log mendatangkan Skid Row beberapa tahun silam.

Belakangan ini saya kembali getol menyimak album the best mereka yang dikemas dalam format double album. Album bertajuk Cinderella Gold ini merangkum 30 lagu dari 4 album studio mereka.

Saya sendiri cukup kaget melihat betapa besar perubahan dari para anggota band ini. Brittingham yang jadi personil favorit saya yang mengalami paling banyak perubahan. Wajahnya yang dulu bersih serta rambutnya yang lurus dan blonde, berganti jadi wajah brewokan, rambut pendek dan dicat merah plus coklat. Dengan anting di hidungnya, tatanan rambut, serta brewoknya, dia tampak seperti seorang om-om pedofilia yang sedang mencari mangsa.

Hey Brit, you should looking for another hair stylist!


What happen to you Mr. Brit? Are you fucking mad? Look at your hair fucking style. And a pierce on your nose? You better fukk me in the ass! And yeah, that gold-looking neklace makes you look so pedhopil.

Rabu, 02 Maret 2011

Pepatah Tua dan Pulau Sempu: Sebuah Perjalanan Akhir Tahun

Kalau ada manusia yang begitu betah dengan sistem kerja perusahaan tengik, Ade Defrizal lah orangnya. Pria bergigi tidak genap ini sudah berkali-kali kerja di berbagai perusahaan swasta yang kejam terhadap para buruhnya. Mulai dari perusahaan air mineral yang hanya memberikan upah sebesar 50 rupiah per galon full tank yang diangkat, perusahaan kecap yang mengharuskannya keluar masuk pasar berbau busuk, hingga sekarang di sebuah perusahaan minuman berbakteri yang memaksa Ade berpindah domisili hingga beberapa kali.

Namun sama seperti kekuatan hatinya dalam menghadapi kisah cintanya yang selalu suram, Ade mampu bertahan menghadapi sistem pekerjaan busuk itu. Menjadi buruh korporat yang tersiksa jiwa dan raga, tak heran kalau Ade begitu bersuka cita karena dia berhasil mendapatkan cuti akhir tahun selama satu minggu. Lumayan buat mengisi ulang tenaga buat menghadapi siksaan dari bos-nya tahun depan.

Walaupun hati dan malam-malamnya sudah terbiasa menghadapi kesepian, tapi ia tak mau menghabiskan liburan sendirian. Jadilah ia merengek pada saya dan Fahmi agar mau menemaninya pergi jalan-jalan, entah kemana.

"Yang penting mlaku-mlaku" ujarnya sembari memasang tampang melas.

Kebetulan sedari SMA, Fahmi adalah partner setia Ade. Baik dalam hal mencari pacar, mencari pacar, mencari pacar, dan mencari pacar lagi. Intinya mereka berdua adalah pemburu pacar. Fahmi saat itu sudah tinggal menunggu wisuda. Jadi waktu bukanlah halangan.

Setelah berpikir panjang, juga karena kami adalah teman yang baik dan tak suka menghina antar teman, maka kami mengiyakan ajakan Ade. Setelah berunding, akhirnya diputuskan bahwa pulau Sempu akan menjadi tujuan kami. Pulau Sempu ini adalah sebuah pulau kecil tak berpenghuni yang terletak di selatan kota Malang, tepatnya di kecamatan Sumbermanjing Wetan.

Setelah resmi mendapatkan tempat tujuan, mulailah kami bergerilya mencari satu orang teman lagi, agar jumlahnya pas 4 orang.

Nova batal di saat terakhir, karena ada rombongan pejabat kepolisian datang, dan dia harus stay di kantor. Lalu Quddus juga membatalkan keikutsertaannya karena harus ikut tes CPNS. Tanpa disangka, teman terakhir yang memutuskan ikut adalah Angga Nyen, bandar bokep terkenal asal Mangli. Sahabat kami sedari SMA ini adalah tipe anak rumahan yang akan lebih memilih untuk tinggal dalam kamar sembari berselancar di dunia maya ketimbang harus bersusah payah naik sepeda motor dari Jember menuju Malang. Karena itu keikutsertaannya adalah kejutan akhir tahun.

Konon saat itu Nyen sedang butuh pelampiasan agar pikirannya tak melantur ke perempuan tetangga. Satu-satunya perempuan yang pernah dititipi hatinya Nyen. Sayang tempat penitipan itu kurang profesional, sehingga hati Nyen yang lembut dan rapuh itu sedikit lecet. Maka Nyen memutuskan untuk pergi dan tak lagi menengok ke belakang. Meski itu tak mudah.

4 orang terkumpul sudah. Tinggal persiapan tekhnis saja.

Setelah menyiapkan peralatan seperti tenda, misting, kompor lapangan, hingga parang, akhirnya kami berangkat dari Jember dengan dua buah motor. Fahmi membonceng Ade dan Saya membonceng Nyen. Formasinya kadang berubah, tapi dengan Fahmi dan Saya yang tetap menyetir. Dari dulu saya memang lebih suka menyetir ketimbang dibonceng.

Sempat mampir di Lumajang untuk makan siang di rumah nenek saya, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Malang lewat Piket Nol. Tempat ini adalah sebuah jalan pintas menuju Malang via kota Lumajang. Daerah dataran tinggi ini jalannya berkelok-kelok yang menjanjikan pemandangan indah dan pepohonan yang rimbun. Hujan deras tidak membuat kami berhenti. Dengan memakai ponco, kami menerobos hujan layaknya Dika Tom Tom yang mengacuhkan hujan untuk pergi ke Malang hanya demi mengantar prol tape buat sang pujaan hati (dan gagal total, hahaha). Semua lancar, sampai...

"Mandek sik, aku ngelu, kudu muntah" seru Nyen diantara deru deras hujan dan rentetan kilat yang jadi seperti flash kamera di siang hari yang gelap itu.

Rupanya Nyen masuk angin. Kondisi perut yang kosong membuat masuk anginnya tambah parah. Setelah berhenti sejenak, kami lanjut lagi tanpa tahu ternyata masuk anginnya Nyen seperti pertanda akan ada petaka berikutnya.

Hujan masih belum berhenti hingga sore hari. Kami berhenti sebentar di daerah Dampit, sekedar makan pisang goreng dan ngopi sembari bertanya arah kepada sang penjual.

Setelah lepas ashar, kami pun melanjutkan perjalanan. Hujan masih saja turun. Saya dan Ade yang memang senang guyon terus-terusan ngrasani muka Fahmi yang tertekuk. Entah karena lelah, entah karena hujan, entah kesal karena sudah 6 tahun jomblo. Entahlah.

Menjelang petang, masih tak tampak tanda-tanda bahwa Sendang Biru sudah dekat. Kami mulai cemas, meski hal itu tidak menghalangi saya dan Ade untuk tetap guyon. Malam sudah datang, tapi bulan enggan keluar. Jadinya gelap. Jam menunjukkan pukul 7 malam. Hujan masih saja turun dengan deras.

Ketika ada beberapa rumah penduduk kami berhenti untuk bertanya arah. Ternyata Sendang Biru sudah dekat.

"15 menit lagi mas. Hati-hati ya, jalannya turun dan licin" kata seorang ibu setengah baya yang saya tanyai.

Setelah mengucapkan terima kasih, kami berniat melanjutkan perjalanan. Tapi,

"Ran, gantian. Aku kesel digonceng. Aku wae sing nyetir" keluh Ade.

Saya sebenarnya sedikit enggan menyerahkan tampuk kekuasaan menyetir pada Ade. Hal itu bukannya tanpa alasan. Kecelakaan bagi Ade lebih mirip sebagai sebuah rutinitas ketimbang kecelakaan. Frekuensinya sudah terlampau sering. Yang paling parah adalah ketika kami duduk di kelas 3 SMA.

Saat itu geng SMA kami ingin menyerbu sebuah SMA di daerah kampus. Beberapa orang --termasuk saya-- berangkat terlebih dahulu dengan angkot. Ade dan Dika menyusul dengan naik motor.

Kami sampai di pelataran SMA itu lebih dahulu. Tapi ternyata target kami tahu kalau dia sedang ditunggu. Ketimbang jadi sansak hidup, dia memutuskan untuk bersembunyi di dalam sekolah. Kami dengan gemas menunggu ia keluar. Sekolah itu sudah ramai dengan para murid yang sudah keluar.

Lalu, "Rek, Ade kecelakaan" kata Nyen yang saat itu datang dengan jalan kaki setelah bermain play station.

Ade kecelakaan parah. Dia menabrak truk yang sedang parkir di pinggir jalan. Ade yang saat itu asyik bercanda tak melihat ada truk itu.

Braaaaakkkk! Motor yang dikebut Ade menghantam bagian belakang bak truk dengan keras. Ade pingsan. Koma selama beberapa hari di rumah sakit. Dan selanjutnya adalah sejarah yang kelak akan ia ceritakan pada anak cucunya.

Saya bukan tidak percaya dengan kemampuan menyetir Ade. Saya hanya berjaga-jaga. Waspada. Siapa tahu ada kejadian yang tidak mengenakkan. Tapi Ade tetap jumawa.

"Aku iki wong sing uripe nang dalan. Tenang wae" katanya congkak.

Akhirnya saya mengalah. Ade jadi supir, dan saya di belakang.

Hujan masih turun dengan deras. Jalanan gelap karena tidak ada lampu selain dari lampu motor kami. Baru 5 menit motor berjalan dari rumah tempat kami bertanya, kami berpapasan dengan sebuah mobil.

Cahaya lampu yang menyilaukan, badan mobil yang besar, plus lebar jalan yang sempit membuat Ade panik. Jalanan licin. Ade membanting setir ke kiri. Motor mulai bergoyang hebat.

Saya yang memegang carrier juga ikut panik. Dan,

Brakkkkkkk!

Motor menghantam pohon setelah terlebih dahulu terpelanting. Ade jatuh ke tanah dengan bonus ditindih motor. Saya terbang terjengkang ke depan. Kerongkongan saya menghantam setir sebelah kanan dan saya jatuh ke motor. Menambah beban pada Ade yang badannya kurus kering itu.

Ade hanya bisa menggelepar lemah sembari mengaduh. Saya memaki pelan sembari berdiri dari tanah berlumpur. Setelah mengangkat motor, saya melihat Ade yang tergolek lemas di tanah dengan mata terpejam. Dasar kejam, saya malah tertawa keras. Lega karena tak ada kerusakan pada motor, yang berarti kami masih bisa terus berjalan.

"Hahahahaha. Enak le?" tanya saya dengan sadis pada Ade yang tak bisa menjawab.

Fahmi dan Nyen yang berhenti di belakang saya juga ikut tertawa. Ade masih tetap berbaring, mengumpulkan tenaga dan juga berusaha mengumpulkan sekelebat nyawa yang hilang sebagian karena shock. Baru setelah itu saya membantu dia berdiri. Ade masih saja meringis kesakitan. Saya tetap ketawa dengan keras. Bersaing dengan derap hujan yang menimbulkan gemuruh.

***

Kami menginap di masjid Sendang Biru. Tak perlu bayar. Saya cukup meminta tolong juru kunci masjid untuk membuka pintu yang dia gembok. Sang nenek tua penjaga masjid itu malah membukakan pintu kamar mandi dengan air yang mengalir tak terbatas. Sebenarnya ia menolak uang yang kami kasih. Padahal kami hanya memberinya 10 ribu. Setelah dipaksa baru ia mau menerima uang itu. Mungkin menginap di masjid bisa dijadikan alternatif menginap di Sendang Biru ketimbang menyewa losmen dengan tarif 100 ribu/ malam.

***

Keesokan paginya, setelah sarapan kami pun memutuskan untuk langsung berangkat. Tapi ada masalah menghadang.

Seorang pria bermata juling menghampiri kami dan memaksa kami untuk melapor. Sebelum bertemu dia, saya dan Fahmi sudah masuk ke pos penjaga. Tapi nihil orang. Akhirnya saya memutuskan untuk langsung menuju dermaga. Tapi karena si bapak juling itu memaksa saya untuk melapor ke pos, jadinya saya balik memaksa dia untuk ikut juga ke pos penjagaan. Kelak saya memberikan julukan Pendekar Bermata Juling (PBJ) pada pria menyebalkan ini.

Sampai di pos, memang tak ada orang. PBJ kelimpungan mencari penjaganya. Akhirnya 10 menit kemudian seorang pria berseragam dinas berwarna hijau tua datang. Sepatu bot yang dia pakai menimbulkan bunyi berderap.

Saya sebenarnya paham kalau selalu ada administrasi ketika kita datang ke suatu destinasi. Baik itu touristy atau tipikal konservasi seperti ini. Sayang penjaga itu terlalu berbelit dalam menyampaikan maksud sebenarnya: meminta ongkos administrasi.

"Mas harus bawa SIMAKSI" jelas petugas itu.

SIMAKSI adalah singkatan dari Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi. Surat ijin tersebut wajib dibawa ketika seseorang memasuki kawasan konservasi. Pulau Sempu sebenarnya memang masuk kawasan konservasi. Meski banyak orang beranggapan kalau Sempu adalah destinasi wisata.

Saya dan Fahmi sempat kebingungan menghadapi masalah ini. Saya berkali-kali berargumen kalau selama ini tak pernah ada himbauan untuk membawa SIMAKSI ketika berkunjung ke Sempu. Saya juga tahu kalau selama ini tak pernah ada wisatawan yang membawa SIMAKSI ketika berkunjung ke Sempu. Saya memberikan contoh dua rombongan yang berangkat sebelum kami. Lantas ada dua orang bule Spanyol yang ditemani seorang guide.

"Apa mereka membawa SIMAKSI?" tanya saya.

"Gak tahu mas. Tadi bukan saya yang jaga" elaknya.

Dia sudah mulai kalah langkah. Saya dan Fahmi terus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan dan pernyataan. Akhirnya mas penjaga itu menyerah.

"Ya sudah. Tapi saya gak tanggung jawab kalau ada apa-apa" jelasnya.

"Iya mas. Kami bisa tanggung diri kami sendiri kok" jawab saya dengan songong karena sudah terlanjur kesal.

Dari berbagai keterangan yang kami kumpulkan dari beberapa teman yang sudah pergi ke Sempu, SIMAKSI memang tak diperlukan. Cukup membayar biaya administrasi. Sebenarnya kalau mas penjaga itu meminta uang administrasi langsung kami mau membayar. Tapi karena berbelit-belit, akhirnya mas itu tidak mendapatkan uang administrasi dari kami.

Setelah menghabiskan tenaga dan waktu untuk berdebat, kami tak mau membuang waktu lagi. Kami berempat langsung menuju perahu motor yang disediakan. Tarif perahu ini sebesar 100 ribu pp. Mas pengemudi perahu akan memberi nomer hpnya. Jadi ketika kalian ingin pulang, tinggal telpon saja. Maka 15 menit kemudian perahu akan datang menjemput.


Uang 100 ribu itu ternyata harus dibagi untuk tiga pihak.

"Saya biasanya dapat 20 ribu mas. Sisanya saya kasih ke pemilik perahu. Nanti pemilik perahu membaginya untuk pihak pengelola Sendang" ujar Firman, nahkoda perahu berumur kisaran seperempat abad pada saya. Dari Sendang Biru, hanya diperlukan 10- 15 menit untuk menuju Sempu.

Ketika kami menginjakkan kaki di pulau Sempu dan baru berjalan beberapa belas meter, kami masih bisa bergembira. Ketawa-ketiwi, sambil sesekali mengejek kalau ada yang terperosok dan terpeleset. Ade dengan bahagia merekam semua adegan dalam hpnya. Dia tampak begitu senang lepas dari beban pekerjaannya barang sejenak.

Sampai...

"Jancuk, dalane asu cuk" maki saya dengan kesal. Medan di Sempu ternyata tak semudah yang kami bayangkan.

Kontur pulau ini berupa hutan basah yang berbukit-bukit. Kalau ada pepatah yang ngomong "Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian," saya yakin kalau penciptanya adalah seorang sok tahu bermulut besar yang jelas tak pernah pergi ke pulau Sempu pada musim penghujan. Kalau saja ia pernah datang ke Sempu pada musim penghujan, pasti bunyi pepatahnya adalah "Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang sebentar, lantas menangis kemudian."

Iya. Kami --terutama saya-- harus berkali-kali terpeleset. Terpelanting. Terjungkal. Terperosok. Tersandung. Terjebak. Apapun itu istilah yang menggambarkan penderitaan karena lumpur yang dalamnya sangat tidak manusiawi. Memang setelah bersusah payah, kami bisa bersenang-senang. Tapi saya menangis merengek dalam hati karena mengetahui betapa beratnya nanti jalan untuk pulang. Sialan.


Perjalanan yang kami tempuh dari bibir pantai sejak turun dari perahu, hingga sampai di Sempu hampir mencapai 4 jam. Selain lumpur, bebatuan karang tajam mendominasi dataran yang kami injak. Mungkin pulau ini dulunya berada di bawah laut.

Segara Anak --danau air asin di Sempu dengan pantai berpasir coklat muda-- terlihat sangat lengang. Hanya ada kami berempat yang ditemani kicau burung dan sesekali pekikan dari monyet berbulu hitam. Mengingatkan saya akan Fahmi.

Kenyataan pahit yang harus saya lihat adalah fakta bahwa Segara Anak sudah kotor. Di pantainya berserakan sampah. Mulai botol minuman, plastik bungkus mie instan, botol minuman keras, hingga celana dalam. Mengerikan.

Cuaca sangat panas. Kami menggunakan kesempatan ini untuk menjemur baju yang basah karena hujan kemarin. Setelah itu kami membangun tenda pinjaman yang berkapasitas 4 orang. Lantas baru kami melepas baju, langsung berlari menuju danau. Meloncat bagai monyet, berenang bagai ikan, menyelam bagai penyu hijau. Kami semua begitu bergembira.








Saya sejenak melupakan skripsi. Ade sejenak melupakan pekerjaan dan hatinya yang kesepian. Fahmi melupakan sebentar status jomblo yang sudah dia sandang selama 6 tahun. Dan Nyen jelas sejenak melupakan tetangga perempuan yang sudah bikin hatinya lecet.

Rutinitas kami setelah berenang hanya bersantai. Menuliskan nama di pasir pantai, memotretnya, lantas pergi ke tenda untuk bikin kopi dan memasak makan malam.

Suasana malam tenang, hanya terdengar debur ombak dan celotehan kami. Angin berdesau pelan sesekali. Berduet dengan bunyi ranting kering yang terbakar dari api unggun yang kami buat. Ketenangan ini begitu menyenangkan. Meski kadang sedikit menakutkan.


Bukan. Kami tidak takut hantu, pocong, atau sebangsanya. Saya yakin malah mereka yang akan lari terbirit-birit setelah melihat Fahmi. Kami takut kalau ada macan tiba-tiba datang dan mengobrak-abrik tenda kami. Memamah kami bagai kerbau memamah rumput. Karena konon katanya di pulau tak berpenduduk ini, macan masih ada dan menempati puncak rantai makanan.

Syukurlah keesokan harinya kami masih hidup. Fahmi masih hitam mengenaskan dan jomblo. Ade masih saja kurus dan rawan diterbangkan kalau ada topan. Nyen juga masih kecil dan berambut keriting. Saya juga masih keren dan berkharisma.

Setelah sarapan, membereskan tenda, packing, memendam sisa api unggun, memasukkan sampah dalam kantong plastik dan membawa sampah itu, kami pun berfoto sejenak.



Perjalanan belum usai. Kami sepertinya masih akan menangis karena tahu betapa medan pulang begitu berat.

Hei pembuat pepatah bersakit-sakit dahulu, fuck you!

Selasa, 01 Maret 2011

Bronx ala Kemang

Saya punya teman akrab. Andrey Gromico namanya. Anak Malang, Aremania sejati. Selain tukang sodom keliling, dia juga menasbihkan diri sebagai seorang photo journalist. Saat ini dia cuti kuliah, dan memilih untuk sekolah fotografi di Antara. Sudah hampir satu tahun dia disana. Selain sekolah, dia juga bekerja sebagai fotografer di salah satu media "sayap" Jawa Pos Group.

Ketika saya ada urusan di Jakarta saya selalu menginap di tempat Miko. Bahkan ketika liputan mengenai hair metal beberapa waktu silam, saya tinggal hampir satu minggu di kosannya.

Miko tinggal di sebuah daerah yang menurut saya sangat kontradiktif. Kenapa saya bilang kontradiktif?

Jadi begini. Kosannya Miko ini berada di daerah Cipete, Jakarta Selatan. Hanya 5 menit menuju Kemang, tempat elit di ibu kota yang dijuluki Kuta-nya Jakarta. Ada pula jejeran apartemen yang menjulang tinggi. Dari kamar kosannya Miko di lantai dua, saya bisa melihat kerlap kerlip lampu di daerah Kemang.

Tapi Miko tidak tinggal di Kemang. Melainkan di daerah belakang Kemang. Tempat dimana ketimpangan begitu banyak terjadi. Meski pahit untuk dikatakan, daerah kosan Miko ini adalah daerah slum. Untuk menuju kosannya, saya yang selalu berboncengan dengan Miko harus keluar masuk gang kecil, dan mengucap permisi berkali-kali pada para ibu yang sering nongkrong di pinggir gang.

Setiap pagi, saya tak perlu alarm untuk membangunkan saya. Selalu ada bunyi mesin bajaj yang dipanaskan. Troott trooot troooot, begitulah bunyinya. Jadi, jam weker adalah hal yang paling tidak diperlukan di daerah ini.

Yang paling saya ingat adalah kejadian di suatu malam ketika saya, Miko, dan Maya --pacar Miko--, baru saja pulang dari jalan-jalan. Kami bertiga naik taksi. Setelah Maya menyebutkan alamat, sang supir taksi kebingungan.

"Itu dimana mbak?" tanya sang supir taksi.

Saya tak habis pikir, bagaimana seseorang bisa jadi supir taksi kalau tidak tahu arah. Setelah dijelaskan pelan-pelan, sang supir akhirnya sedikit paham. Setelah sampai di daerah dekat kosannya Miko, sang supir tambah kebingungan.

"Lho mbak, ini mau kemana trus?" katanya melihat jalan yang semakin menyempit. Ada nada ketakutan pada suaranya. Mungkin dia takut dirampok, karena melihat saya yang bertampang preman. Bisa juga dia takut disodomi karena melihat muka Miko yang mesum dan selalu ngiler tiap melihat pantat cowok yang padat berisi. Atau bisa jadi ia takut dimutilasi dan dimakan karena melihat Maya yang bertampang kanibal. Akhirnya Maya memberi arahan lagi.

Lantas klimaksnya adalah ketika taksi kami sampai di tanah lapang yang penuh oleh tumpukan sampah, gubug dari kayu, dan juga jejeran bajaj.

"Lho, ini di daerah apa toh mbak? Kok sama kayak Priok? Saya malah gak pernah tahu ada daerah ini" kata sang supir dengan tampang heran plus bloon.

Tidak, sang supir polos itu tidak salah. Siapapun tidak akan mengira ada daerah kumuh persis di belakang daerah elit seperti Kemang.

Tapi entah kenapa, saya selalu menikmati berada di kosannya Miko. Bukan karena suasananya. Tapi karena sambutan Miko yang selalu hangat --tentu saja saya selalu menolak untuk disodominya -- dan bersedia mengantar saya kemana saja. Bahkan ketika dia sedang bekerja.

Beberapa menit lalu saya melihat foto milik Ayos, orang terkenal pemilik hifatlobrain itu. Dia mengunggah sebuah foto ketika ia sedang berada di Jakarta beberapa saat lalu. Saat itu ia sedang mengikuti workshop pelatihan menulis. Maklum, orang sibuk. Jadi kerjanya ikut pelatihan di kota besar.

Oke, kembali ke topik. Foto itu adalah sebuah gambar daerah kumuh, banyak tumpukan sampah, pula ada jejeran bajaj. Saya akan menganggapnya sebagai somewhere in Jakarta kalau saja tidak ada nama Andrey Gromico di tag-an fotonya. Aha, saya ingat. Pemandangan ini adalah pemandangan yang biasa saya nikmati tiap keluar dari kosannya Miko. Disana Ayos bilang kalau tempat ini adalah Bronx.

Inilah dia Bronx ala Kemang :D