Sabtu, 10 Desember 2011

Lekker Je!


Sabtu malam datang. Saya baru saja selesai membaca beberapa jurnal antropologi yang berkaitan dengan pariwisata. Penat sebenarnya. Saya menengok ke luar kamar. Sepi. Semua penghuni kontrakan sudah keluar. Maklum, saatnya wakuncar.

Maka saya segera mandi, membereskan laptop, membawa kamera, lalu pergi keluar. Kemana? Awalnya tanpa rencana. Dasar manusia tanpa perencanaan. Maunya sih cari kafe yang ada wifi, lalu nongkrong sambil nulis sampai hari berganti.

Tapi di tengah perjalanan, saya tahu kemana tempat yang saya tuju: Kafe Lekker Je.

Saya tahu kafe ini dari seorang teman pecinta musik era flower generation. Ia merekomendasikan kafe yang sangat rock n roll ini. Oke, saya resmi penasaran. Dan malam ini, rasa penasaran itu tiba-tiba menyeruak diantara ramai jalanan dan bunyi berisik klakson.

Maka saya resmi menjalankan motor menuju arah Bulaksumur, lalu ke Jl. Cik Ditiro.

Disanalah kafe Lekker Je berada. Di depan kafe, ada sebuah motor tua terpasang. Antik.


Begitu saya memarkir motor, langsung terdengar Jim Morrison bersama The Doors berdendang lagu dangdut ciptaan mereka, "Break on Through". Entah kenapa, pas banget dengan pikiran saya yang akan menuliskan sesuatu tentang Jim Morrison. Mungkin sang penjaga kafe sadar kalau sekarang masih dalam rangka memperingati hari lahir sang raja kadal. Jadi ia memutarkan lagu The Doors.

Kafe ini dimiliki oleh  mas Priambodo Budiwasisto, seorang pecinta musik rock, terutama dari era baby-boomers. Kafe ini mulai ia rintis pada tahun 2005. Ia mendesain kafenya dengan sangat keren.  Banyak lampu temaram. Suasanya tenang dan syahdu. Meskipun bertajuk kafe rock n roll, suasanya jauh dari kegaduhan. Lalu ada drum di sudut kafe. Ada pula berbagai gambar band yang dipigura dengan rapi. Ada pula berbagai senjata api, kumpulan buku dan majalah yang ditumpuk seperti di banyak kamar anak laki-laki, jam antik, miniatur sepeda, dan ini yang paling sedap: ratusan piringan hitam lengkap beserta playernya.


 


Koleksi piringan hitam ini mulai dikumpulkan Mas Priambodo semenjak ia kuliah di Amerika Serikat. Ada The Doors, Rolling Stones, Beatles, CCR, Bob Marley, hingga Pink Floyd. Kalau anda mau, anda bisa memilih satu piringan hitam, lalu memutarnya pada player yang tersedia.

Ketika saya masuk, saya disodori daftar menu yang bergaya ala Pink Floyd, lengkap dengan segitiga pelanginya. Ada apa saja? Untuk menu makanan dan minuman, kafe yang dulunya berfungsi sebagai garasi ini tidak menyediakan begitu banyak menu. Dari minuman, ada Es Jelly, Es Terong Belanda, Es Markisa, Es MarTeBe (Markisa Terong Belanda), hingga berbagai bir. Harga minuman berkisar 5.000- 40.000 rupiah. Lalu makanan ada French Fries, Mie Goreng, Pisang Goreng, Ramen, Nuggets, hingga sushi . Harga makanan berkisar 10.000 - 22.000 saja.


 

Untuk mencari info mengenai kafe keren ini, silahkan pergi ke sini.

Kafe ini juga bersampingan dengan hotel Mentana, penginapan yang cocok untuk para pengelana. Harga kamarnya murah, hanya 82.500 rupiah untuk kamar single. Sedang untuk double harganya 200.000 rupiah. Ada juga kamar untuk keluarga seharga 250.000 rupiah. Info mengenai hotel ini, silahkan kunjungi situs mereka.

Maka malam ini saya memesan Es MarTeBe yang rasanya asam manis menyegarkan. Juga sepiring French Fries, lalu mulai berselancar di internet, membaca berita mengenai Sondang dan gagalnya Manchester United melaju lebih jauh di Liga Champion, sembari mendengarkan Bob Marley berkotbah mengenai pembebasan, juga cinta.

Malam minggu yang menyenangkan...

2 komentar:

  1. kafe iki ancen gressssss!! tp aku siang2 ksnanya ketok rodo bedo yo ran haha.

    BalasHapus
  2. awakmu kapan rene doz? pancen enakan bengi rene, tambah siiippp :D ayo kapan nang jogja maneh? :D

    BalasHapus