Minggu, 25 April 2010

Kembali Meracau, di Tempat Yang Berbeda…

Dulu alasan awal saya bikin blog adalah untuk menampung ceracau otak yang tak tertampung dengan hanya meracau melalui mulut. Seringkali saya menulis hal-hal tak penting. Namun ternyata ketika dibaca kembali, hal tidak penting itu berhasil membuat saya menyunggingkan senyum. Saya tak pernah membuat blog dengan harapan dibukukan, atua mendapat uang dari blog itu. Saya hanya ingin menulis, bersenang-senang. Itu saja. Syukur-syukur ada yang ngasih komentar dan bisa jadi teman baru.

Di blog juga saya belajar untuk menulis secara rutin. Ternyata setelah saya membikin pengamatan ngawur, menulis itu punya metode yang sama dengan merayu wanita. Ketika kamu semakin sering menulis, maka akan semakin jarang kamu mendapatkan writer’s block. Tapi ketika kamu jarang menulis, maka akan jadi sulit untuk memulai sebuah tulisan. Sama saja dengan merayu wanita. Ketika kita semakin sering berlatih merayu wanita, maka akan semakin kita dengan mudah melancarkan, atau bahkan menciptakan rayuan baru. Namun kalau mulut sudah jarang mengeluarkan rayuan, maka kamu akan jadi gagap wanita, alias tuna rayu.

Dulu waktu di blog saya yang lama, paling tidak saya berusaha untuk menulis dua atau tiga tulisan tiap minggu. Bahkan dulu pernah punya target menulis lebih dari 20 buah tulisan tiap bulan. Dan beberapa bulan awal setelah punya blog, target itu tercapai. Ya meskipun isi tulisannya cuma meracau tak karuan, kesana kemari tak ada juntrungannya. Setidaknya toh saya berhasil menulis secara rutin.

Namun setelah saya menjadi sok sibuk, saya semakin jarang menulis. Sialan, presiden yang sibuknya setengah mati pun masih sempat membuat album rekaman. Saya yang hanya sibuk di warung kopi kok malah tidak sempat menulis. Sombong benar saya.

Kebiasaan menulis rutin saya sempat menghilang selama beberapa tahun. Sempat tertolong lagi ketika saya menjadi kontributor di sebuah situs humaniora. Namun itu hanya beberapa bulan berjalan. Saya toh kembali jarang menulis secara rutin.

Lalu hal ini diperparah ketika blog yang saya gunakan sudah tidak user friendly lagi. Semakin susah mengaplot gambar. Semakin susah mengatur tulisan. Dan segala keribetan lain yang membuat saya semakin malas untuk menambah jumlah tulisan di rumah saya itu. Padahal ada banyak stok tulisan yang bisa saya masukkan. Plus, ada banyak kejadian yang seharusnya bisa menjadi bahan tulisan.

Lantas, saya semakin iri dengan blog hifatlobrain. Itu blog punya sahabat saya, Ayos Purwoaji. Dulu kami berdua bikin blog hampir berbarengan, Ayos beberapa minggu lebih awal. Blog kami juga tumbuh besar berbarengan. Dulu kami masih ingat, yang memberi komentar di blog kita, ya kita sendiri. Saya memberi komentar di blog Ayos, begitu juga sebaliknya. Lalu ada beberapa pembaca baru, seperti Rikian, teman saya anak Unpad yang tinggal di desa antah berantah di Bandung sana. Lalu ada Putri, seorang teman saya semenjak sekolah di Taman Kanak-kanak. Lalu tanpa disadari blog kami semakin banyak dikunjungi orang. Blog Ayos juga sempat mati suri selama beberapa bulan. Lantas blognya kembali dengan konsep penekanan terhadap traveling. Dan hifatlobrain sekarang menjadi blog yang super ciamik, popularitasnya bahkan mengalahkan ST 12 dan Wali. Blog saya? Sudah resmi mati suri. Sama seperti The Doors ketika ditinggal Jim Morrison ke surga.

Saya jadi kangen dengan rutinitas dulu. Menulis racauan rutin. Lantas bertukar komentar. Saling menghina sekaligus memberi semangat lewat komentar.

Mungkin itu juga yang jadi alasan saya untuk membuat blog baru. Dengan konsep baru. Eh, enggak ding, gak ada konsep baru. Konsep dasar saya membuat blog adalah untuk bersenang-senang. Dan blog baru ini tetap dengan konsep awal itu: bersenang-senang. Karena itu nama blog ini adalah Foi Fun!, sebuah adagium latin yang berarti Have Fun!

Bersenang-senang bisa dengan berbagai cara. Bisa lewat jalan-jalan. Bisa melalui mendengarkan musik yang top notch. Juga bisa ketika kita selesai membaca buku bagus. Atau bisa juga dengan melihat film yang keren. Bisa jadi kita senang setelah memakan makanan enak di sebuah kota baru. Dan bisa saja konsep bersenang-senang adalah berkenalan dengan wanita baru, dan melatih indera perayu saya. Makanya konsep dasar dari blog baru ini adalah: Segala Tentang Cara Bersenang-senang.

Kenapa bersenang-senang? Entahlah. Saya cuma merasa orang-orang sekarang semakin lupa cara untuk bersenang-senang. Well, ketika kita mengukur kesenangan dengan berbotol-botol bir dan dentuman music house, maka kesenangan kecil yang sebenarnya lebih penting akan terlupakan. Dan ketika kita berpikir kalau bersenang-senang itu membutuhkan uang, kadang kita jadi melupakan inti dari bersenang-senang itu. Mungkin kita harus meniru Koil yang mempunyai slogan: Masih ada banyak cara untuk bersenang-senang.

Jadi?

Mari kita bersenang-senang!

Nuran Wibisono
Jember, 25 April 2010,02.17 wib.
Sedang bersama dengan Frau hingga pagi hari.