Rabu, 13 Juni 2012

An Intimate Show: Pure Saturday – Grey Album


Beberapa hari lalu, saya mendapat assignment meliput konser Pure Saturday untuk sebuah majalah musik. Saya tak pernah mendengar Pure Saturday sebelumnya. Untung saya punya beberapa album Pure Saturday di folder komputer. Selain itu saya juga terbantu oleh diskusi bareng Fakhri Zakaria, hardcore fans dari Pure Saturday. Pria titisan Denny Sakrie ini banyak membantu saya dalam hal referensi tentang Pure Saturday. Tapi seperti sudah saya duga sebelumnya, hasil review konser ini terasa begitu garing. Tidak ada rasanya, anyep. Tapi setidaknya --bagi saya-- ini adalah pengalaman berharga: meliput konser band yang sama sekali asing dan menuliskannya. 

***

Konser Intim di Kota Berhati Nyaman

Yogyakarta sedang ditingkahi hujan gerimis pada Minggu malam (10/6). Tapi itu tak menghalangi para Pure People (sebutan untuk fans Pure Saturday) untuk berbondong-bondong datang ke Jogja National Museum. Iya, malam itu Pure Saturday mengadakan konser bertajuk "An Intimate Show: Pure Saturday – Grey Album". 

Konser ini diadakan sebagai rangkaian peluncuran album baru mereka, Grey. Yogyakarta menjadi kota kedua dalam rangkaian konser ini, setelah beberapa waktu silam Pure Saturday menggelar konser di Jakarta. Sesuai tajuknya, konser ini menjanjikan keintiman antara Pure Saturday dan penonton. Suasana intim ini juga tampak dari nihilnya panggung dan pembatas. Di bawah burung garuda besar, tampak set yang sederhana: peralatan band yang dialasi oleh karpet hitam. 

Sempat molor sekitar 1 jam dari jadwal yang sudah tertera, Iyo (vokal), Udhi (drum), Ade (bass), Arif dan Adhi (gitar), muncul diiringi tepuk tangan yang membahana. Tanpa basa-basi, mereka langsung memainkan "Horsemen" dari album terbaru mereka. Banyak penonton yang masih asing dengan lagu baru ini, membuat mereka hanya terdiam dan memotret. Setelah lagu pertama selesai, Iyo masih belum membuka percakapan. Lagu kedua dimainkan ,"Lighthouse" lalu dilanjut lagu ketiga, "Musim Berakhir". Beberapa penonton menggumam tentang Iyo yang tidak juga membuka percakapan.

"Wah, kok tidak ada basa-basinya sih? Padahal tajuknya konser intim" ujarnya khawatir.

Tapi kekhawatirannya kandas setelah lagu "Musim Berakhir" usai. Iyo akhirnya dengan muka cerah dan senyum terkembang menyapa penonton.

"Apa kabar Jogja? Sehat? Maaf tadi ditahan dulu, gak boleh ngomong sampai lagu ketiga selesai" ujar Iyo sembari tersenyum dan diikuti tawa dari penonton. 

"Ayo, jangan pada duduk aja. Maju ke depan juga boleh lho" lanjutnya sembari menunjuk penonton agar maju ke karpet merah yang memang disediakan untuk penonton yang lebih suka duduk lesehan. Mendengar himbauan Iyo, beberapa orang yang sebelumnya duduk di tribun menghambur menuju karpet.

Setelah pembukaan yang cukup hangat itu, lagu "Elora" dari album berjudul sama, dimainkan. Lagu ini berhasil memancing koor dari para penonton. Lalu menyusul "Coklat" yang juga makin berhasil menghangatkan penonton. Hanya dengan sedikit jeda untuk mengambil nafas, band yang terbentuk pada 1994 ini langsung menggeber "Awan", "Starlight", "Labirin" dan "Bangku Taman". Pada lagu "Bangku Taman", Udhi sepertinya bermain terlalu bersemangat, sampai-sampai stik drum terlepas dari tangannya hingga dua kali.

Selepas lagu "Bangku Taman" dimainkan, Iyo mengambil botol bir. Lalu berjalan ke arah penonton. "Mau?" tawarnya pada seorang penonton yang duduk lesehan. Sang penonton mengangguk. Iyo memberikan gelasnya, lalu menuangkan isinya untuk sang penonton yang beruntung itu. 





Suasana intim tak berhenti sampai disitu. Iyo lantas menyorongkan rokok sembari berceletuk "Mau rokok? Masa ngebir doang, ngerokok kagak". Penonton pun tertawa. Dari sini suasana intim jelas terbangun dengan sangat baik. Kekhawatiran para penonton tentang konser akan berjalan biasa dan tidak hangat, tidak terbukti. Pure Saturday bermain dengan lepas dan hangat. Mereka seakan bermain di depan kawan-kawan sendiri. Begitu intim.

"Oh ya, gitaris kami, Arief, sekarang merayakan ulang tahun perkawinan yang ke 5" kata Iyo. Para penonton pun bertepuk tangan. Arief tampak malu-malu dan mengucapkan terima kasih.

"Semoga makin langgeng. Dan semoga makin kuat di ranjang" tambah Iyo dengan nakal. Tawa pun membahana.

Lalu band indie darling ini kembali tancap gas. "Spoken" dan "Pagi" dilantunkan. “Harusnya ada mas Yockie yang ikut maenin lagu ini, sayang beliau gak bisa datang” kata Iyo sebelum lagu “Albatros" dimainkan.  Setelah itu konser terus berlanjut dengan "Buka" dan "To the Edge" yang dimainkan dengan prima. Iyo yang sedari tadi bergerak tiada henti, tak kehilangan energi untuk bernyanyi. Sedang personil lainnya berdiri anteng dan tidak banyak bergerak. Hanya sesekali ikut bernyanyi.

Selepas "To the Edge", Iyo sudah tampak ingin pamit. Usaha klasik yang jelas merupakan tanda agar para penonton berteriak encore. Berhasil. Para penonton tak rela konser berhenti, padahal sudah nyaris 2 jam Pure Saturday bernyanyi dan 15 lagu sudah terlantun. 

"Mau minta lagu apa lagi?" tanya Iyo. Para penonton berteriak meminta bermacam judul. Iyo mengangguk, lalu dimainkanlah "Kosong" yang mengundang histeria penonton. Nyaris tak ada yang tak ikut bernyanyi di lagu yang indah ini. Setelah itu, "Desire" dilantunkan. Dan penonton kembali terhanyut. Tampak pula beberapa pasang kekasih yang memegang tangan pasangannya dengan erat. 

"Terima kasih kalian sudah mau datang. Terima kasih ya. Ah, pamit lagi nih gue" ujar Iyo sembari tertawa. Penonton tahu bahwa konser belumlah akan usai. Akhirnya Pure Saturday memberi bonus, lagu ke 18 dan 19, "Gala" dan "Silence". Bahkan setelah lagu "Silence" selesai dikumandangkan, para penonton masih meneriakkan encore. Seakan tak rela band kesayangan mereka memungkasi konser.

"Duh, maaf ya. Arief harus ngejar kereta ke Bandung nih jam 11 malam nanti. Kalau ada dari kalian yang mau bonceng Arief ke stasiun, boleh tuh." kata Iyo. Penonton maklum. Konser ditutup oleh para setlist hunter yang berburu setlist dan tanda tangan para personil Pure Saturday. Konser yang dihadiri sekitar 200-an penonton itu pun berakhir tepat jam 22.30. Setelah 2,5 jam dan 19 lagu terlantun, meninggalkan raut puas di wajah para penonton. []

1 komentar:

  1. reviewnya mantap untuk seorang yang katanya tidak pernah tahu mengenai pure saturday... jadi serasa menikmati konser nih.. salam kenal..

    BalasHapus