Semua berawal dari derit kereta Sri Tanjung tua. Dalam sebuah perjalanan dari Yogyakarta menuju Jember. Saat itu saya dan Putri sedang ngobrol ngalor ngidul. Dari yang awalnya ngobrol tak bermutu, akhirnya percakapan kami berhasil menuju ranah yang sedikit intelektual: menulis.
Belakangan ini, banyak tantangan yang bertemakan 30 hari. Mulai dari 30 hari memotret, 30 hari menggambar, hingga 30 hari menulis. Karena salah seorang teman kami sedang menjalani tantangan 30 hari menulis, maka saya menantang Putri --dan juga saya sendiri-- untuk memulai kompetisi menulis selama 30 hari rutin. Putri menyetujuinya, dan saya mengamininya. Kami bebas menulis apapun. Mau soal jalan-jalan kek, musik kek, makanan kek, film kek, apapun lah.
19 Februari adalah titik awal keberangkatan kompetisi ini. Karena Februari hanya ada 28 hari, jadinya direncanakan tantangan ini akan usai pada tanggal 21 Maret, dengan jumlah 30 postingan.
Saya dan Putri rajin pada minggu awal. Tak ada lubang sama sekali. Putri bahkan sampai membawa sang laptop yang berukuran besar ke Jakarta karena tidak mau bolong posting.
Tapi ternyata kami berdua memang koplak. Pada minggu kedua atau ketiga, bensin kami mulai habis. Berawal dari sakit yang memaksa saya untuk bed rest selama 5 hari. Sakit sialan itu saja sudah memaksa saya bolong posting tulisan selama 5 kali. Putri sang penggemar mie Apong pun ikutan bolong ketika dia harus pergi ke Baluran selama beberapa hari untuk bahan tulisannya.
Lalu Putri mendapat musibah. Kamarnya kebanjiran, dan sang laptop tercinta pun mendapat gelar anumerta. Tugasnya purna sudah. Putri patah semangat, lemas, dan tak bisa menulis. Jadilah ia memperbanyak stok hutang postingannya.
Saya pun demikian. Sejak sakit, saya jadi malas menulis. Belum lagi ada rasa kewajiban terhadap skripsi yang belum juga terselesaikan. Rina malah pernah berkata sambil bercanda "coba kamu bikin tantangan 30 hari menyelesaikan skripsi, pasti sekarang udah wisuda." Saya yang mendengarnya hanya bisa tertawa getir :D Rasa malas semakin menjadi ketika saya melihat blog Putri yang lama tak terisi dengan postingan baru. Saya jadi merasa tak ada teman buat berpikir bareng. Tak ada orang yang saya tahu malam-malamnya didominasi oleh perasaan bingung tentang apa yang harus ditulis.
Oke, alasan hanya untuk pecundang. Ya, ternyata saya memang pecundang dalam hal menulis rutin :D Saya memang masih tipikal penulis amatir, yang menulis buat senang-senang dan sangat tergantung pada mood. Kalau mood saya berantakan, bisa dipastikan tak akan ada apa-apa yang bisa saya tulis. Masalahnya adalah, saya masih belum bisa mengatur mood itu.
Awalnya kami berdua tak punya ekspektasi apapun tentang tantangan ini. Kami anggap saja sebagai sepotong kue, alias piece of cake, alias mudah saja. Tapi ternyata semakin hari, pekerjaan menulis rutin adalah susah adanya. Saya jadi bisa membayangkan betapa berat tugas para jurnalis media harian. Mereka masih harus mencari berita, sedang saya tak perlu mencari berita. Mereka masih harus mengalahkan mood untuk bisa menulis dengan baik, kalau saya sih ketika tidak punya mood menulis ya tak usah menulis.
Dari tantangan 30 hari menulis ini, saya jadi sadar pentingnya menulis dengan rutin. Meskipun hanya menulis hal-hal ringan seperti resensi musik atau resensi film. Menulis rutin mengajari saya mengalahkan writer's block. Ketika biasa, maka kita akan bisa.
Sebagai pencetus ide 30 hari menulis, saya ingin meminta maaf pada Putri yang sudah saya khianatin --tae ah bahasanya, hahaha-. Saya yang memulai, tapi saya tak bisa mengakhiri. Saya malah mencederai kesepakatan yang saya buat sendiri.
Sore ini, diantara deras hujan di Jember, saya menuliskan cerita ini di depan taman rumah Rina, sembari membaca permintaan maaf Putri karena juga tak bisa menulis secara rutin. Ternyata menulis rutin itu susah ya Put, hahaha :D Jadi sepertinya saya dan Putri sudah setuju --meski tanpa bukti tertulis-- kalau hari ini adalah awal dimulainya lagi tantangan yang pernah kami cetuskan bersama.
Saya baru menulis 19 artikel sejak tantangan ini dilontarkan. Jika artikel ini dihitung, maka genap 20 tulisan sudah. Maka hutang saya tinggal 10 artikel yang akan saya lunaskan dalam --insyaallah-- 10 hari kedepan.
Hutangmu tinggal berapa Put? :)
Belakangan ini, banyak tantangan yang bertemakan 30 hari. Mulai dari 30 hari memotret, 30 hari menggambar, hingga 30 hari menulis. Karena salah seorang teman kami sedang menjalani tantangan 30 hari menulis, maka saya menantang Putri --dan juga saya sendiri-- untuk memulai kompetisi menulis selama 30 hari rutin. Putri menyetujuinya, dan saya mengamininya. Kami bebas menulis apapun. Mau soal jalan-jalan kek, musik kek, makanan kek, film kek, apapun lah.
19 Februari adalah titik awal keberangkatan kompetisi ini. Karena Februari hanya ada 28 hari, jadinya direncanakan tantangan ini akan usai pada tanggal 21 Maret, dengan jumlah 30 postingan.
Saya dan Putri rajin pada minggu awal. Tak ada lubang sama sekali. Putri bahkan sampai membawa sang laptop yang berukuran besar ke Jakarta karena tidak mau bolong posting.
Tapi ternyata kami berdua memang koplak. Pada minggu kedua atau ketiga, bensin kami mulai habis. Berawal dari sakit yang memaksa saya untuk bed rest selama 5 hari. Sakit sialan itu saja sudah memaksa saya bolong posting tulisan selama 5 kali. Putri sang penggemar mie Apong pun ikutan bolong ketika dia harus pergi ke Baluran selama beberapa hari untuk bahan tulisannya.
Lalu Putri mendapat musibah. Kamarnya kebanjiran, dan sang laptop tercinta pun mendapat gelar anumerta. Tugasnya purna sudah. Putri patah semangat, lemas, dan tak bisa menulis. Jadilah ia memperbanyak stok hutang postingannya.
Saya pun demikian. Sejak sakit, saya jadi malas menulis. Belum lagi ada rasa kewajiban terhadap skripsi yang belum juga terselesaikan. Rina malah pernah berkata sambil bercanda "coba kamu bikin tantangan 30 hari menyelesaikan skripsi, pasti sekarang udah wisuda." Saya yang mendengarnya hanya bisa tertawa getir :D Rasa malas semakin menjadi ketika saya melihat blog Putri yang lama tak terisi dengan postingan baru. Saya jadi merasa tak ada teman buat berpikir bareng. Tak ada orang yang saya tahu malam-malamnya didominasi oleh perasaan bingung tentang apa yang harus ditulis.
Oke, alasan hanya untuk pecundang. Ya, ternyata saya memang pecundang dalam hal menulis rutin :D Saya memang masih tipikal penulis amatir, yang menulis buat senang-senang dan sangat tergantung pada mood. Kalau mood saya berantakan, bisa dipastikan tak akan ada apa-apa yang bisa saya tulis. Masalahnya adalah, saya masih belum bisa mengatur mood itu.
Awalnya kami berdua tak punya ekspektasi apapun tentang tantangan ini. Kami anggap saja sebagai sepotong kue, alias piece of cake, alias mudah saja. Tapi ternyata semakin hari, pekerjaan menulis rutin adalah susah adanya. Saya jadi bisa membayangkan betapa berat tugas para jurnalis media harian. Mereka masih harus mencari berita, sedang saya tak perlu mencari berita. Mereka masih harus mengalahkan mood untuk bisa menulis dengan baik, kalau saya sih ketika tidak punya mood menulis ya tak usah menulis.
Dari tantangan 30 hari menulis ini, saya jadi sadar pentingnya menulis dengan rutin. Meskipun hanya menulis hal-hal ringan seperti resensi musik atau resensi film. Menulis rutin mengajari saya mengalahkan writer's block. Ketika biasa, maka kita akan bisa.
Sebagai pencetus ide 30 hari menulis, saya ingin meminta maaf pada Putri yang sudah saya khianatin --tae ah bahasanya, hahaha-. Saya yang memulai, tapi saya tak bisa mengakhiri. Saya malah mencederai kesepakatan yang saya buat sendiri.
Sore ini, diantara deras hujan di Jember, saya menuliskan cerita ini di depan taman rumah Rina, sembari membaca permintaan maaf Putri karena juga tak bisa menulis secara rutin. Ternyata menulis rutin itu susah ya Put, hahaha :D Jadi sepertinya saya dan Putri sudah setuju --meski tanpa bukti tertulis-- kalau hari ini adalah awal dimulainya lagi tantangan yang pernah kami cetuskan bersama.
Saya baru menulis 19 artikel sejak tantangan ini dilontarkan. Jika artikel ini dihitung, maka genap 20 tulisan sudah. Maka hutang saya tinggal 10 artikel yang akan saya lunaskan dalam --insyaallah-- 10 hari kedepan.
Hutangmu tinggal berapa Put? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar