Minggu, 27 November 2011

Malam di Condong Catur


Kudengar angin lamat berbisik di dingin Condong Catur
Masih saja ia menyitir Soe
: Kita begitu berbeda, kecuali dalam cinta
Lalu ia kembali meringkuk
Menabur cinta pada angin, awan, juga semak belukar

Masih saja cemara mendoyong genit di Condong Catur
Seakan setuju bahwa malam tiada bertuan
Kembali kita merenung, memikirkan apa dan siapa
Lalu perlahan kita semua meringkuk
Menagih rindu pada bentang jarak, panas, dan juga debu

Dan masih saja kutengok bulan di atas Condong Catur
Yang menebar benih kerinduan pada seribu depa
Lalu kita bersikukuh bahwa segala keras bisa melembut
Tapi acap kita tak mau melembut. Mengeras.
Dan kita kembali memungut serpihan cinta pada angin, awan, juga semak belukar

Juga menyapih rindu pada bentang jarak, panas,
...dan juga debu.

4 komentar:

  1. cobalah merasakan bermalam di Aceh sambil ditemani secangkir kopi di festval kopi aceh

    visit Banda Aceh 2011 yuuk :D

    BalasHapus
  2. Fira: Puisi gak harus dimengerti kok :D

    Nelva: Bayarin yaaa? :D

    BalasHapus