Akhirnya saya berhasil mencentang salah satu dari banyak daftar mimpi saya: mengunjungi makam Jim Morrison.
Ketika sampai di depan makamnya, melihat nisan sang rock star dengan mata kepala saya sendiri, saya merasakan perasaan yang aneh. Saya tak pernah lupa perasaan itu. Saya datang, duduk, mengelus nisan, mengeluarkan pemutar musik, memutar lagu Riders on the Storm sembari duduk di makam entah punya siapa yang terletak pas di depan makam Jim. Ketika itu hari sedang cerah. Angin pun ramah disana. Seperti mendukung suasana syahdu yang temaram.
Saya duduk dan mendengarkan lagu-lagu The Doors maupun lagu-lagu dari album An American Prayer selama hampir 1,5 jam. Pas di depan makam pria bernama asli James Douglas Morrison itu. Makam Jim sendiri berbeda dengan makam yang selama ini ada di gambaran saya. Total 3 jam lebihsaya berada di kompleks permakaman Pere La Chaise. Termasuk kesasar ketika berusaha mencari makam Chopin dan Wilde.
Kisah perjalanan menuju makam ini akan sangat panjang. Nanti saya cicil pelan-pelan. Saya punya hutang banyak sekali tulisan untuk blog ini. Mulai dari suasana pasar loak di Altona, Hamburg; dunia malam yang gempita di Repperbahn, perjalanan ke Venezia, Roma, hingga Torino; sampai perjalanan ke Paris yang menyenangkan.
Nanti dulu ya. Tadi saya baru sampai di Bonn sekitar jam 9 malam. Langsung diajak nongkrong oleh tuan rumah, Mas Andy Budiman. Nanti semua akan saya tulis dan aplot kalau saya sudah sampai di Hamburg. Sementara ini saya mau istirahat dulu. Ngantuk.
Selamat pagi semua...
dan cowok dogol bertopeng yg kemaren nyela2in skripsi lo mesti baca tulisan ini!
BalasHapusNAJIS! MODERASI SUX!
BalasHapus*keplak uyan*
sopo ngece skripsimu yan?
BalasHapuswoohooo.. akhirnya :)
BalasHapus