Postnik Yakovlev mungkin adalah salah satu manusia dengan nasib yang paling mengenaskan sepanjang masa. Arsitek brilian ini adalah orang yang membangun Katederal Saint Basil di Rusia. Katedral yang terletak di Lapangan Merah Moskow ini adalah salah satu gedung dengan arsitektur yang menawan. Bentuknya kubahnya yang kerucut dengan warna-warni yang menggoda seperti permen dianggap sebagai perlambang Rusia yang terletak di antara benua Eropa dan Asia. Semacam percampuran dua budaya yang berbeda.
Sayangnya, Postnik hidup dalam era Ivan IV of Russia, alias Ivan si Kejam. Kenapa kejam? Ya Postnik itu salah satu buktinya. Setelah selesai membangun gedung indah itu, Ivan memerintahkan anak buahnya untuk menusuk mata Postnik hingga buta, agar ia tak bisa membangun gedung yang lebih indah dari Katedral Saint Basil.
Akhir kisah hidup yang sama sekali tak menyenangkan.
Bagi saya, Rusia seperti kotak harta karun yang berisi banyak misteri. Menyenangkan, sekaligus menegangkan. Kisah-kisah kekejaman manusianya, dari Lenin hingga Stalin, begitu membuat bulu kuduk merinding. Namun berbagai keindahan dan romantisme ala Eropa Timur begitu mengundang hasrat saya untuk menjelajah, bermain-main dan bergulung koming di Lapangan Merah. Belum lagi nama-nama suku eksotis yang membuat saya begitu ingin bertemu mereka, sebut saja Adygea, Kabardino-Balkaria, Nogai, Dagestan, Karachay-Cherkessia, higga suku Altai yang menganut kepercayaan Burkhanisme. Saya menduga nabi sekaligus rasul dari kepercayaan Burkhanisme adalah seseorang bernama Burhan, tahanan politik dari Boyolali atau Kebumen yang lari ke Uni Sovyet ketika prahara G 30 S/ PKI terjadi, hehehe.
Karena saat ini saya masih belum bisa kesana, tuhan menurunkan pengobat rindu sementara: sirkus dari Rusia :D
Saya tak pernah tahu kalau Rusia itu negara yang bisa melahirkan sirkus kelas dunia. Bagi saya, China terlalu digdaya kalau berbicara mengenai sirkus.
Berbicara soal sirkus, kapan kalian terakhir kali menonton sirkus? Masih ingatkah kalian dengan tatapan mata takjub dari penonton, histeria massa, dan tepuk tangan yang bagai koor? Saya pertama dan terakhir kali menonton sirkus itu saat duduk di bangku SD. Seingat saya, kala itu, ada sirkus dari luar kota yang menghadirkan lumba-lumba. Lalu SD kami menggalang dana secara kolektif tiap kelas, dan mendapat jatah menonton ramai-ramai, tiap kelas.
Setelah itu, saya tak pernah lagi menonton sirkus.
Hingga kemarin. Saat Rina mengajak saya nonton sirkus. Dia juga melontarkan ajakan menarik itu ke bapaknya, yang direspon dengan baik. Dan dengan segera, acara yang awalnya hanya ajakan iseng itu jadi rekreasi keluarga.
Yang paling tertarik dan bersemangat tentu saja adalah Kaila. Keponakan Rina yang masih berumur 18 bulan ini sangat bersemangat begitu tahu akan melihat sirkus, dan melihat gajah. Layaknya anak kecil yang selalu senang melihat hal baru, begitu juga Kaila.
Jam 7 malam kami pun berangkat beramai-ramai. Sangat gegap gempita, bagai mau pergi perang :D Ada 12 orang yang pergi malam itu. Saya, Rina, Bapaknya, Ibunya, dua orang kakak perempuannya, 3 orang keponakan, dan 3 orang pembantu. Sayang, selepas isya, hujan turun dengan derasnya. Sudah hukum alam kalau hujan, maka tanah akan becek. Begitu pula tanah yang harus kami injak untuk menuju venue sirkus yang terletak di tengah lapangan Rambipuji.
Begitu masuk tenda berukuran gigantis, saya seperti langsung kembali ke masa kecil. Dimana saya masih seorang bocah berumur belasan yang begitu takjub dengan segala atraksi yang ditampilkan. Belum lagi sorot lampu yang memberikan kesan megah. Ah, rasanya menyenangkan.
Sebenarnya kami datang agak terlambat malam itu. Ketika kami masuk, pertunjukan kedua sudah berlangsung. Tipikal pertunjukan kelenturan badan dan keseimbangan.
Secara keseluruhan sirkusnya kebanyakan diisi oleh pemain sirkus lokal. Setau saya cuma ada dua pasang penampil dari Rusia. Dan itu pun penampilan mereka tidak seheboh yang saya bayangkan. Applaus penonton pun sepertinya lebih banyak dan lebih heboh untuk atraksi harimau dan aksi teatrikal yang menampilkan gajah. Puncaknya adalah atraksi akrobat satu sepeda dinaiki oleh 12 orang. Iya, DUA BELAS ORANG. Gila.
Walaupun pemain sirkus dari Rusianya ternyata biasa saja, masih kalah oleh para pemain sirkus lokal, tetap saja saya senang malam itu. Mengenang masa kecil, menggendong Kaila, melihat ketakjuban dari matanya, tepuk tangan penonton yang membahana, dan tentu saja sedikit memuaskan rasa keingintahuan saya terhadap negara bernama Rusia.
Mission accomplished.
Rusia tampak nya berhasil mencuri perhatian orang-orang di dunia lewat sirkus nya.
BalasHapussalam kenal :)
rina iku ancen muka sirkus... ahahaaaa
BalasHapusseneng akhirnya bisa lihat pertunjukan temen'' gw dijember.
BalasHapusmoga'' pertunjukan mereka dibali jg sukses
wah...sayang ya kamu telat datengnya, padahal pertunjukan pertama dari pemain rusianya itu yg bagus...