Salah satu keinginan terpendam saya adalah menonton penampilan live Sangkakala. Dulu sekali saya pernah menonton band ini tampil live, tapi dalam ruangan. Itupun sudah lama berlalu. Nyaris 3 tahun lalu. Dan entah kenapa, setiap Sangkakala akan bermain, ada saja halangan yang membuat saya tak bisa nonton.
"Kalau kalian mau bikin merchandise Sangkakala sendiri, silahkan bikin sendiri, versi kalian sendiri. Bebas"
"Itu masuk rukun iman yang ke 6 yo mas?" celetuk pemuda bertelanjang dada di sebelahnya.
"Hehehe, iya. Sodakoh dan amal jariyah" jawab Blankon asal.
Terakhir adalah malam Minggu kemaren. Jadwal mereka tampil berbarengan dengan pertandingan Manchester United vs Arsenal. Rencana saya adalah menonton setengah babak, lalu pergi ke Sewon, Bantul, untuk menyaksikan mereka. Tapi rencana tinggallah rencana. Saya ketiduran dan baru bangun jam 1 malam. Sial.
Tanggal (6/11) Sangkakala kembali meraung di Jogja National Museum (JNM). Jadwal mereka maen adalah jam 20.30. Tapi lewat jam 20.40, saya belum juga dapat motor pinjaman. Baru 5 menit kemudian Sawir datang dan motornya saya pinjam.
"Mas, wis main gurung?" tanya saya via sms pada Blankon, vokalis Sangkakala. Tidak ada balasan. Wah, ini pasti udah main, maki saya dalam hati. Maka mengebutlah saya menuju JNM.
Saya sampai di venue 20 menit kemudian. Ketika sedang membayar parkir, ada orang yang memanggil saya.
"Ran, Ran!" teriaknya dari belakang. Saya menoleh. Ternyata mas Blankon, naik vespa dengan rompi macan tutul kebanggaannya, plus sepatu boots tinggi berwarna coklat.
"Lah, malah vokalise sik nang kene" canda saya lega karena Sangkakala belum main.
"Lho, mas iki vokalis to?" tanya tukang parkir tidak yakin.
Usut punya usut, ternyata Sangkakala harusnya sudah main 20 menit lalu. Tapi ternyata Blankon belum datang, dan giliran main terpaksa dioper ke Alter Ego dulu.
"Aku sik mbenekke sabuk, rusak jeh" kata Blankon sembari menunjuk sabuknya yang khas: jejeran peluru dengan tengkorak di bagian tengah.
Setelah memarkir motor, saya bertemu dengan personel lain: Atjeh, Iqbal, dan Tatsoy. Juga Yogi sang manajer yang merangkap kru panggung.
Di dekat panggung, semerbak aroma ciu menguar di udara. Khas.
Acara ini adalah penutupan pameran para mahasiswa jurusan Fotografi ISI. Band-band yang tampil pun kebanyakan adalah anak-anak ISI, termasuk Sangkakala. Sebelum main, seteguk dua teguk ciu mengalir ke kerongkongan Blankon. Begitu pula Atjeh yang mendekap botol air mineral yang berisi ciu. Menarik.
Ketika akhirnya Sangkakala dipanggil, saya ikut dengan mereka. Blankon masih asyik mengoborol dengan kawannya.
"Ayo Kon, koe iki vokalise lho!" teriak Yogi dari kejauhan. Blankon tetap cuek dan ngobrol dengan kawannya. Hahaha.
Di belakang panggung, Atjeh melompat-lompat. Pemanasan. Ia tampak garang dengan celana bermotif ular dan jaring-jaring yang ia pakai sebagai kaos. Rambut gondrong mulletnya ia basahi dengan air. Iqbal juga tampak garang dengan kaos kutung bermotif macan tutul. Ia lantas mengatur ampli dan mengecek gitar Flying V-nya. Tatsoy sedang duduk anteng di balik drum. Mengenakan topi hitam Sangkakala, ia tampak mengatur posisi drum yang enak baginya. Sedang Yogi menarik backdrop dari atas panggung. Gambarnya adalah macan reog Ponorogo dengan tulisan besar: Sangkakala, dan tulisan kecil diatasnya: salam tiga jari.
Para penonton yang tadinya duduk di pinggir, mulai menyemut di depan panggung. MC masih mengoceh. Yang agak mengusik saya adalah, si MC menggunakan kata "lo-gue", rada kurang cocok dipakai di Jogja. Dan benar saja, banyak penonton yang memaki MC.
"Woy, iki Jogja cuk, gak usah nggawe lu gue!" maki mereka. Memang, dalam hal kesadisan, para penonton dari ISI Yogyakarta sepertinya bisa dibandingkan dengan kesadisan penonton IKJ. Hahaha.
Ketika pemanasan usai, Atjeh maju ke depan panggung yang hanya setinggi beberapa cm saja dari tanah. Ia memulai gaya khasnya: menyorongkan bass ke depan, menggerakkannya ke kanan dan ke kiri, dengan mata nyalang yang berarti I-will-hunt-you-and-knock-you-down plus seringai menantang. Bersamaan dengan itu, gitar Iqbal mulai menjerit. Tatsoy menabuh drum. Lagu "Into the Row" yang selalu dijadikan pembuka konser Sangkakala pun dimainkan. Dan entah dimana si Blankon.
Ketika 3 menit berlalu, Blankon baru tampak. Ia langsung naik ke atas panggung. Ia tak sabar ingin beraksi, menarik mic dari stand, tapi olala, kabelnya terjepit. Vokalis yang punya bisnis sampingan sablon ini berusaha melepaskannya. Tapi kesulitan.
"Jancook! Iki kabele kok malah ceket cook!" makinya frustasi. Setelah dibantu 2 orang, akhirnya kabel itu lepas juga.
"Assalamualaikum warrohmatullah hi wa barrokatuh!" teriaknya. Dan dimulailah sirkus rock ala Sangkakala!
Baru saja lagu "Rock Live at Roller Coaster" berkumandang, Blankon langsung melompat tak terkendali. Ketika ia menengadahkan kepala, ujung gitar Iqbal nyaris mengenai kepalanya. Ia berkelit, tapi kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh dengan posisi duduk, dan masih tak bisa mengendalikan keseimbangan hingga akhirnya jatuh dari panggung. Penonton malah senang dan bertepuk tangan. Hahaha.
Para penonton banyak sekali yang berlaku absurd. Salah satu yang paling saya ingat adalah satu orang penonton laki-laki. Dia mabuk, tampak dari mata yang belel. Ia membawa boneka beruang kecil. Dengan semangat ia menggoyang-goyangkan kepala si boneka. Jelas, masudnya adalah mengajak sang boneka untuk headbang. Dan ia melakukan itu sembari duduk bersimpuh di panggung. Hahaha.
Ada pula yang membawa peluit dan sibuk meniupnya sepanjang konser. Ada yang menggoyang-goyang panggung. Ada yang ikut naik ke atas panggung dan berjoget. Komplit.
Panitianya juga absurd. Mereka menyediakan satu mic yang menghadap ke penonton. Jadi banyak lelaki mabuk yang berebutan berorasi. Hahaha. Dan ocehan mereka lucu-lucu. Mereka jauh lebih lucu ketimbang comic garing macam Pandji.
"Mas, endi stikere?"
"Njaluk rokok woy"
"Endi kembang apine om?"
Tak jarang para penonton ikut bernyanyi. Eh salah, mereka selalu bernyanyi di setiap lagu. Juga para penonton yang ikut di atas panggung. Yang di kanan panggung, ada sekitar 4 hingga 6 orang dengan tampang-tampang habis kena ciu. Lalu di kiri panggung ada 1 orang dengan rambut gondrong mullet dan bertelanjang dada ikut bernyanyi. Celana jeansnya sedikit melorot. Seorang kawannya iseng, lalu memelorotkan celananya. Ternyata, masih ada celana jeans pendek lagi di dalamnya!
"Iki jenenge kuwalik. Panggunge cilik, ciune akeh. Wingi panggunge gede, ciune sitik" kelakar Blankon setelah lagu "Rock Live at Roller Coaster" usai. Penonton tertawa keras.
"Yaak, iki lagu tuwek. Sing nyiptakno yo tuwek pisan. Lagu ciptaane Wok the Rock!" teriak Blankon.
Penonton menggila. "Hotel Berhala" dimainkan. Penonton yang membawa boneka beruang, kembali bertingkah absurd. Boneka beruangnya diusap-usapkan ke gitar hingga paha Iqbal. Entah apa maksudnya. Hahaha.
Blankon sedang panas malam itu. Beberapa tenggak ciu menjadi bahan bakar yang membuat mesin Sangkakala meraung keras. Mereka ngebut dan para penumpang pun ikut panas. Tak terhitung beberapa kali orasi Blankon mendapat aplaus meriah dari para penonton.
"Itu masuk rukun iman yang ke 6 yo mas?" celetuk pemuda bertelanjang dada di sebelahnya.
"Hehehe, iya. Sodakoh dan amal jariyah" jawab Blankon asal.
"Yak, lagu ini pernah mendapat penghargaan dari Kerajaan Malaysia"
"Malam ini kami tak mau membawakan musik idola kami, karena mereka tak pernah mau membawakan lagu kami"
"Mulailah membuat lagu kalian sendiri"
"Ini lagu pernah mendapat penghargaan, dari kami sendiri"
Dan banyak lagi orasi-orasi membakar lainnya. Intinya, Sangkakala benar-benar mendirikan bulu kuduk. Nyaris semua lagu andalan mereka dimainkan. Mulai "Gang Bang Glam Rock", "Tong Setan", sampai "KANSAS".
Ketika "KANSAS" selesai dilantunkan, konser pun selesai. Salah seorang penonton naik ke atas panggung dan berteriak, "Alhamdulillah hi robbil alamiiiinn!" Hahaha.
Post-scriptum: Semua foto diambil dari twitternya Sangkakala, karena saya lupa mengisi ulang daya baterai kamera. My bad. Kemeriahan malam itu tak berhenti di konser. Setelah Sangkakala tampil, hujan deras mengguyur. Kami makan nasi kotak dari panitia sambil berteduh. Lalu handphone Blankon hilang. "Maeng tak deleh nang sepatuku" ujarnya sambil kebingungan mencari. "Aku punya pulsa banyak, tapi malas miscalled" timpal Atjeh. Tapi akhirnya besoknya hpnya ketemu, disimpan panitia yang menemukan. Setelah itu masih ada sesi ngebir bareng. Walau 1 botol dibagi 7 orang. Hahaha. Selepas jam 2 pagi baru saya kembali ke peraduan. What a night!
Wangun!
BalasHapusGurih Ran laporan iki. Aroma ciu, sound kotor, sampai tingkah polah penonton absurdnya terasa.
I salute you!!!
Iki salah satu konser terkeren sing tau tak tonton tahun iki yan :D
Hapusnguahahahaha lucu tenan iki, horeg yo konser-e maaas? hahahahahaha
BalasHapusHoreg nemen. Wayae koe ndelok konser iki pisan Kin :D
Hapussirkus hewani :D
BalasHapuspra sejarah
HapusSirkus hewan purbakala!
Hapusbesok2 aku mau nonton! seru!
BalasHapusojok matek disek yo, om2 Sangkakala!!!
Besok mereka maen lagi di LAF. Ayo nang Jogja kak :D
HapusANJIS! KOMENG MODERATED! WAGU!
BalasHapusAmpun kakaaaa :))) Harus di moderasi biar aku tau komennya di tulisan mana aja, hehehe
Hapus