Masih ingat film D'Bijis?
Saya ingat samar-samar. Kisahnya cukup menarik. Tentang band rock yang tenar di era 90-an, The Bandits. Band itu bubar saat sang vokalis kecanduan narkoba. Anggotanya berpencar entah kemana. Sang vokalis yang diperankan singkat oleh Darius Sinathrya akhirnya meninggal. Beberapa tahun setelahnya, adik sang vokalis berusaha menyatukan kembali The Bandits.
Mulailah sang adik mencari para mantan anggota The Bandits. Titimangsa ternyata sudah merubah para anggota band sedemikian rupa. Sang gitaris kerja di bar dangdut, sang bassist jadi waria, sang drummer jadi suami yang takut istri. Ketika semua terkumpul, ternyata ada 1 orang yang belum ditemukan. Sang keyboardist.
Setelah usaha pencarian, akhirnya ditemukanlah sang keyboardist. Ia yang dulu gagah dan jagoan dibalik tuts keyboard, sekarang jadi couch potato. Badannya jadi sangat gemuk. Ia seakan tak punya gairah hidup. Apalagi gairah untuk membangkitkan lagi band yang sudah lama bubar. Tapi ia masih menyimpan api dalam hati. Ia masih hafal nama-nama keyboardist idolanya. Akhirnya sang keyboardist kembali dalam band. Band sukses. Happy ending.
***
Bagi yang tumbuh besar di era kejayaan glam rock/ hair metal 80-an, pasti tak akan asing dengan nama Ratt. Band ini merajai Sunset Strip. Band yang formasi solidnya adalah Stephen Pearcy (vokalis); Warren DeMartini (gitar); Robbin Crosby (gitar); Juan Croucier (bass) dan Bobby Blotzer (drum) ini merilis album s/t pertama mereka pada tahun 1983. Nama mereka makin menjulang ketika album kedua, Out of the Cellar (1984) dirilis. Album itu melejitkan lagu rock yang dengan segera menjadi klasik, seperti "Round and Round" dan "Back for More".
Selain itu, album ini juga mempertunjukkan kombinasi DeMartini dan Robbin yang azmat. Permainan gitar mereka begitu padu. Mereka saling mengisi. Tapi kalau sedang binal, mereka seringkali duel solo gitar. Robbin juga turut menjadi penulis lirik dalam banyak lagi Ratt, termasuk "Round and Round" hingga "Lay It Down".
Robbin Crosby |
Robbin lantas menjadi salah satu idola baru di industri rock kala itu. Badannya yang tegap dan gagah, sorot matanya yang tajam, rambut pirang yang cemerlang, serta permainan gitar yang dahsyat, membuatnya dengan cepat menjadi pujaan.
Selepas album keenam mereka, Detonator (1990), pada tahun 1991 Robbin keluar dari band. Ada banyak versi alasan kenapa ia keluar. Yang paling dianggap benar adalah ketergantungan Robbin terhadap narkoba yang sudah mencapai taraf akut. Rehabilitasi tak banyak membantu. Pada tur Jepang pada bulan Februari 1991, Robbin tampil kacau di panggung. Ia seringkali tiba-tiba tidak sadar dan lupa chord gitar.
Setelah tur itu selesai, Robbin tak lagi bermain bersama Ratt. Penggantinya adalah Michael Schenker, mantan gitaris Scorpions. Ratt akhirnya bubar pada tahun 1995.
***
Lama tak terdengar kabarnya, Robbin muncul pada sebuah wawancara dengan VH1 pada tahun 1999. Ia mengakui kalau ia positif HIV. Tapi pernyataan itu baru ia sebarkan pada khalayak umum pada tahun 2001. Ia menyatakan kalau sudah positif HIV sejak tahun 1994.
Gaya hidupnya yang ugal-ugalan pada masa mudanya dipastikan menjadi penyebab. Tapi ia tidak menunggu kematian datang menjemput. Ia masih sibuk di beberapa proyek musik, hingga menjadi pelatih tim baseball anak-anak.
***
Saya melihat beberapa kemiripan antara Robbin dengan keyboardis di film D'Bijis itu. Mereka sama-sama anak band. Band mereka juga sama-sama gulung tikar. Hidup mereka jadi berubah drastis ketika berhenti bermain band. Dan: tubuh mereka sama-sama jadi gemuk.
Robbin meninggal di umurnya yang ke 41 pada 6 Juni 2002. Bukan karena HIV yang menggerogoti, melainkan karena overdosis heroin. Ketika meninggal, bobot tubuhnya mencapai 180 kg! Konon badan yang sedemikian berat itu disebabkan adanya kerusakan pada pankreasnya. Banyak orang terperanjat dengan perubahan fisik Robbin. Apalagi para fans yang dulu memuja tubuh atletis dan gagah milik Robbin.
Beberapa malam ini saya kembali rajin mendengarkan kembali Ratt. Sebenarnya, dulu saya tak begitu tertarik dengan band ini. Tapi entah kenapa perlahan-lahan saya mulai menyukai mereka. Idola saya di band ini bukan Stephen Pearcy, melainkan duo gitaris DeMartini dan Robbin. Mereka gitaris yang punya identitas dan karakter diantara banyak gitaris lain pada era hair metal.
Kebetulan pula, ketika iseng mengetikkan nama Robbin Crosby beberapa waktu lalu, ada sebuah video yang menunjukkan permainan gitar Robbin yang terakhir kali.
Pada video yang diambil pada akhir tahun 1999 tersebut, tampak badan Robbin yang sudah sangat gemuk. Video itu diunggah pada tanggal 15 Desember 2009. Meski bentuk fisiknya berubah drastis, ia tak kehilangan ketrampilannya. Walau jari-jarinya sudah menjadi lebih besar, mereka masih lincah menari diatas fret.
Banyak orang yang sedih ketika Robbin meninggal. Tapi semoga mereka juga ingat pesannya pada sebuah wawancara.
"When I die, nobody cry at my funeral, in fact let's all have a party; I've lived the life of ten men. I lived all my dreams and more."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar