Foto oleh Ryan AR, diambil dari fanspage GRIBS |
Sudah nyaris 3 tahun semenjak GRIBS mengeluarkan album perdana self-titled mereka. Setelah album yang masuk dalam daftar 10 Album Indonesia Terbaik 2009 versi Rolling Stone Indonesia itu, GRIBS masih belum jua mengeluarkan album baru. Ketika mereka berjuang keras untuk mengeluarkan album baru, muncul satu masalah besar: gitaris Dion Blues keluar dari band.
"Penyebab Dion keluar karena saat itu ada orang tak bertanggung jawab yang mengelola GRIBS. Pernyataan lebih lengkap pernah saya sampaikan di Rolling Stone tanggal 24 Oktober 2011 kalau tidak salah" ujar Rezanov, vokalis GRIBS ketika ditanya perihal penyebab keluarnya Dion.
GRIBS dibentuk oleh Rezanov dan Dion ketika masih kuliah, medio 2005 silam. Saat itu Dion baru bisa bermain gitar dan Rezanov masih belum pernah punya pengalaman manggung. Formasi band jadi lengkap ketika Rashta (drum) dan Arief (bass) bergabung. Mereka berempat adalah saudara sepupu. Karena tipologi rambut mereka yang gondrong dan kribo, akhirnya mereka menamakan band ini GRIBS, yang merupakan akronim dari Gondrong Kribo Bersaudara. Sudah bersama sejak lama, kehilangan Dion ternyata lumayan mengganggu proses kreatif GRIBS dalam menggarap album baru.
"Di GRIBS kami sudah mengalami suka duka bersama. Mulai manggung nggak ada penontonnya sampai manggung yang ditimpuki dan disuruh turun. Semua kami lalui saat masih bersama Dion. Secara band, saat itu Dion, Arief, Rashta dan saya sendiri bisa dibilang sudah bisa ‘mengendalikan ego’ ketika diatas panggung. Saat ini saya masih mengenang saat itu. When we were fool but powerful" kenang Reza.
Tapi GRIBS tidak mau terus menerus stuck in a moment. Tiga orang personil yang tersisa bergerak dengan cepat untuk mencari pengganti Dion. Setelah melihat beberapa nama gitaris yang dirasa cocok, akhirnya GRIBS memilih Eben Andreas untuk menjadi gitaris pengganti Dion. Ternyata langkah mencari pengganti Dion sudah disiapkan Rezanov sebelum Dion hengkang.
"Sehari sebelum Dion hengkang, saya sudah menghubungi Eben untuk membantu kami menyelesaikan pekerjaan manggung yang sudah keburu disepakati. Karena waktu itu saya sudah ada perasaan kalau dia (Dion, red.) tidak mungkin meneruskan band ini" kata Reza pada Rolling Stone.
Eben Andreas dikenal sebagai pemain lama di scene Japanesse Rock Indonesia. Ia pernah membentuk band Black Lavender yang sering memainkan lagu-lagu dari band rock Jepang seperti L'Arc En Ciel, Sex Machineguns, Loudness, dan X-Japan. Eben juga pernah memperkuat unit glam rock legendaris ibu kota, Mama Rocker. Setelah keluar dari Mama Rocker, Eben lebih aktif sebagai gitaris solo serta menjadi music director untuk beberapa musisi.
Terimakasih kepada dunia maya yang membuat pertemuan antar manusia jadi lebih mudah. Rezanov bertemu dengan Eben di jagat facebook. Karena kepincut dengan permainan gitar Eben, Rezanov langsung berkenalan dengan gitaris pengagum Jason Becker itu. Perkenalan dunia maya itu berlanjut dengan rendezvous di Warung Apresiasi, Bulungan.
"Saat itu Reza menghubungi saya via telepon. Kebetulan saya dan Reza sudah berkenalan agak lama lewat internet. Saat itu Reza meminta saya jadi gitaris di GRIBS karena sepertinya Dion tidak bisa lagi memperkuat GRIBS" kata Eben mengenai ihwal bergabungnya dia sebagai gitaris GRIBS.
Tapi bergabungnya Eben tidak serta merta membuat GRIBS langsung tancap gas dalam menggarap album baru. Mereka jelas harus membangun chemistry terlebih dahulu. Karena itu, Rezanov, Rashta, Arief, dan Eben beberapa kali manggung untuk melumas mesin rock mereka yang sempat lama terbengkalai. Tercatat panggung Urban Fest 2011 menjadi panggung pertama GRIBS bersama Eben.
"Ya, kami memang harus lebih banyak bertemu dan 'pacaran' lagi untuk mendapatkan spirit GRIBS yang sempat hilang. Itu tantangannya" ujar Reza mengenai proses adaptasi Eben.
Keluarnya Dion dan masuknya Eben diakui Reza akan mengubah karakter gitar di GRIBS. Bagi Reza, kekuatan Eben ada pada permainan gitar yang liar serta sanggup memberikan riff-riff yang dibutuhkan GRIBS untuk melebarkan aransemen. Selain itu, pengalaman Eben sebagai music director dianggap sangat membantu GRIBS.
"Dion belum memiliki itu, tapi dia lebih paham soal sound gitar yang dibutuhkan band ini" tambah Rezanov.
Bergabungnya Eben bukan tidak menimbulkan riak di luar GRIBS. Banyak suara sumbang, baik itu sekedar joke atau kekhawatiran serius, bahwa masuknya Eben akan menjadikan GRIBS sebagai band solo gitar.
Eben bukannya tidak menyadari itu. "Iya, karena banyak yang mengenal saya sebagai gitaris solo dan seringkali bikin musik instrumen solo gitar, makanya ada komentar seperti itu. Tapi karena ini format band, jadi saya akan lebih mengutamakan vokal dan musik secara keseluruhan. Lagipula ego saya sudah terlampiaskan di proyek solo" ujar Eben.
Setelah beberapa kali manggung bareng, Eben sudah mulai dirasa klop dengan GRIBS. Apalagi permainan gitar Eben juga banyak dipengaruhi band-band hair metal macam Guns N Roses dan Motley Crue, yang juga menjadi influence GRIBS. Saat ini GRIBS sudah kembali mulai memanaskan rock machine mereka.
"Kami sedang melakukan workshop saat ini. Kami memang punya stok sekitar 30 lagu . Tapi dengan kehadiran Eben, kami harus merombak ulang dari segi aransemen. Saat ini sudah ada 10 lagu baru yang sudah jadi tapi kami masih belum puas" kata Reza.
Kapan album kedua ini akan dirilis?
"Kami targetkan paling lambat September. Karena memang semua butuh proses. Tapi untuk mengisi kekosongan sampai bulan September, kami akan mengeluarkan single" kata Rezanov. Beberapa saat lalu GRIBS melempar unreleased track berjudul “Sosialisasi Sang Anjing” dan dapat diunduh secara gratis di internet.
Lalu bagaimana dengan Eben? Akankah ia menjadi gitaris tetap di GRIBS?
"Kami sudah merencanakan itu. Tapi masih deg-degan untuk melamarnya, hahaha" ujar Rezanov dengan tawa berderai.
post-scriptum: awalnya ditulis untuk situs ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar