Kuhamburkan lara ke udara.
Biar ia hilang.
Biar tempias, angin menghempas.
Maka kularung duka di buih lautan
Biar mampus digulung ombak.
Jika waktu dan jalanan bersekutu
Maka tak ada luka yang tak bisa sembuh!
***
Sekarang pukul 3 pagi. Mata saya tak bisa terpejam.
Padahal nanti pagi saya resmi lari sejenak ke timur dengan mengendarai motor. Seharusnya rencana ini sudah dijalankan hari Selasa lalu. Tapi jadi terhambat ketika saya menyadari bahwa saya tidak punya KTP. Dan tanpa kartu itu saya tidak bisa bebas kemana-mana. Selagi menunggu KTP selesai dibuat, saya meminjam beberapa peralatan untuk kemping. Tenda dome, kompor, misting, gas, matras, hingga peralatan fotografi macam tripod. Anak-anak Hega's Wana seperti Zainul, Rufo, dan Yoga membantu saya mencarikan peralatan dan mengajari saya memasang tenda. Maklum, sudah lama sekali saya tidak kemping atau naik gunung, sampai saya lupa cara memasang tenda. Lalu Romdhi meminjami saya tripod. Terima kasih untuk mereka.
Mamak tadi pagi berangkat ke Lumajang karena ada pertemuan keluarga besar. Tapi sebelum berangkat, beliau berpesan agar saya membawa jas hujannya. Saya mengiyakan saja. Tapi saya tak akan membawanya. Di Jember sekarang sedang musim penghujan, nyaris tiap sore hujan deras. Bagaimana mungkin saya tega membiarkan perempuan yang melahirkan saya harus kehujanan setiap pulang kerja? Lagipula saya tak pernah mengenakan jas hujan kalau tidak dalam keadaan darurat. Bagi saya, hujan itu karunia, tak perlu dihindari, apalagi dimaki. Toh perjalanan saya ini bukan perjalanan terburu-buru. Kalau hujan turun dan sedang tidak ingin basah, tinggal menepi lalu mencari warung kopi. Apa yang lebih baik ketimbang secangkir kopi hangat di kala hujan? Jadi saya mengiyakan pesan mamak supaya ia tak mengomel dan khawatir. Itu saja.
Oh ya, ada lagi.
Tadi, di sore yang hangat, di sebuah warung kopi langganan kami, Arys meminjamkan saya sebuah buku. Setiap pergi kemana saja, saya selalu membawa buku bacaan. Untuk perjalanan kali ini saya sudah menyiapkan "Catcher in the Rye" yang belum jua tuntas saya baca. Tapi Arys bersikeras meminjamkan sebuah buku filsafat. Saya menolak keras. Dalam kondisi waras pun saya enggan menyentuh buku filsafat, apalagi ketika dalam keadaan suntuk dan butuh hiburan seperti ini.
"Udahlah fuk, bacaen buku ini. Pasti kamu betah" ujar pria berkacamata ini setengah ngotot.
Akhirnya buku mengenai pemikiran Kierkegard ini jadi saya bawa, mengalahkan "Cathcer in the Rye". Awalnya saya pikir pilihan saya salah. Tapi, membaca beberapa lembar awal, saya jadi mengamini perkataan Arys. Sepertinya buku ini bakal menjadi teman traveling yang baik..
Jadi disinilah saya. Tidak bisa tidur menjelang keberangkatan. Nanti jam 8 pagi perempuanku ujian proposal thesis. Seharusnya saya menemaninya. Tapi demi kebaikan bersama, juga dari hasil urun rembug bersama, maka ia membiarkan saya pergi sejenak. Meskipun jauh, saya selalu menebar doa untuknya. Semoga sukses ya :)
Sampai jumpa lagi. Nanti saya akan berkabar dari jalanan :)
jauh jauh di sana. lepas si otong dengan perempuan blonde berdada paling besar!
BalasHapusDhani: saya remaja beriman dhan, tidak akan melakukan perbuatan nista seperti itu :p
Hapuswah saya tersesat di blog ini, dan ternyata blognya bagus. Salam kenal mas! The catcher in the rye saya sudah baca, bagus! itu kabarnya buku yg dibaca si penembak sir john lennon sebelum menembak ya, semacam phsycological thriller gitu. keren lah..hehe.bytheway, greatblog! :D
BalasHapusawas jadi sesat lho :D makasih udah mampir, salam kenal juga. Ai juga udah mampir ke blogmu. Backpacker yah, keren :)
Hapushahahaha terima kasih mas Nuran :D kayaknya dulu pernah liat pas acara anak2 Ekspresi UNY :D
BalasHapusho, iya po? kamu yang mana? anak ekspresi juga ta? aku belum tau, hehehe :D
Hapuslha pengalamanku kluyuran nggowo buku malah jarang diwoco ha ha
BalasHapusaku asline yo nyaris2 gak sempet moco mas, tapi kan kadang aku nunggu. Yo nunggu kapal, ato nunggu macem-macem. Nah, timbangane umek HP, mending moco buku, huehehehe :D
Hapus