Sabtu, 27 Agustus 2011

Ayah Mewariskan Dunia Ini Pada Kita

gambar dari google


Dalam jilid ke 7, pada bab berjudul "Petualangan", Tomo'o bertanya pada Yuji, sang kakak penjaga toko 24 jam, mengenai keluarga yang dipunyainya. Yuji punya 2 orang saudara laki-laki. Mereka sudah yatim piatu.

"Aku punya kakak dan adik, tapi mereka sedang jalan-jalan keliling dunia" kata Yuji.

"Gimana caranya?" tanya si Tomo'o dengan tampang bloonnya.

"Kakakku naik balon dan adikku naik kapal" jawab Yuji dengan tersenyum. Jawaban itu ditertawakan oleh Tomo'o, "Guyonan kakak nggak seru ah" cibirnya.

Suatu hari Yuji mendapat kartu pos dari Hachiro, sang adik yang berkeliling dunia menggunakan kapal laut. Hachiro menulis kalau ia sedang berada di Sri Lanka dan akan pergi ke Singapura.

Keesokannya, ada balon udara yang mendarat di lapangan kota itu. Ternyata itu adalah balon udara sang kakak yang ingin mengunjungi Yuji. Sang kakak ini brewok, dengan tampang dan penampilan seperti gipsi. Yuji tentu saja terkejut dengan kedatangan sang kakak yang tiba-tiba.

"Aku pikir kakak sudah mati" ujar Yuji dengan getun.

"Hahahaha, jangan bohong. Imajinasi manusia punya kekuatan yang sangat luar biasa. Kalau kau benar-benar berpikir begitu, aku pasti sudah mati. balas sang kakak dengan tertawa lebar.

Lalu mulailah kehidupan Yuji bersama sang kakak. Sang kakak memutuskan untuk mencukur brewok dan bekerja sambilan di tempat Yuji. Nantinya uang itu dimaksudkan untuk bekal petualangannya lagi.

Dalam sebuah percakapan, Yuji pernah bertanya kenapa sang kakak tak berhenti berpetualang dan tinggal bersama Yuji. Jawaban sang kakak adalah "Apa kau serius dengan pertanyaanmu? Kalau iya, maka aku akan serius memikirkannya. Apa kau yakin dengan ucapanmu itu, meski melihat wajah puasku?"

Lalu mengalirlah cerita flashback mengenai Yuji dan keluarganya.

Ketika meninggal, sang ayah tak meninggalkan harta warisan pada tiga orang anak lelakinya. Bukan tak ada. Karena di hari terakhir sebelum meninggal, sang ayah membelanjakan uang pesangonnya untuk membeli tiga barang: balon udara, kapal, serta satu kamar di perumahan.

Hachiro bingung dengan pilihan sang ayah. "Wasiat? Jadi kita disuruh berpetualang?"

"Tapi, meki guyonan, sebagai anak tugas kita adalah menerimanya dengan sungguh-sungguh. Siapa yang mengambil apa? Pilihan itu akan mengubah kehidupan kita selanjutnya" kata sang kakak pertama dengan tenang.

Akhirnya diputuskanlah siapa yang mendapat apa.

Suatu malam Yuji berbincang dengan sang kakak mengenai bagaimana cara memutuskan siapa mendapat apa itu. Kakak pertama dan Hachiro sepakat memberikan rumah pada si Yuji. Itu dilakukan karena Yuji baru saja masuk kuliah dan jelas tak bisa meninggalkan kuliahnya itu. Kadang Yuji sering berpikir kenapa ia yang harus tinggal di darat, bukan kakaknya atau Hachiro.

"Hidup di daratan pun juga seperti sebuah petualangan. Apa yang kita bertiga jalani pada dasarnya sama. Perbedaan antara balon udara dan perumahan hanyalah kepastian soal bisa sampai di tempat tujuan atau nggak. Sebagai anak tertua aku hanya menerima hal yang paling tak pasti saja" ujar sang kakak.

Setelah beberapa masa tinggal bersama, akhirnya sampai juga pada hari keberangkatan sang kakak. Ia akan melanjutkan petualangannya lagi. Kembali ke kehidupan bohemiannya. Menghadapi semua yang ia katakan sebagai "hal yang paling tak pasti".

Sebelum menaiki balon udaranya, sang kakak berkata pada Yuji.

"Jujur saja aku bimbang. Mungkin tak ada salahnya juga kalau aku tinggal disini. Tapi aku sadar kalau kebimbangan itu karena rasa takut menaiki kendaraan yang nggak realistis. Aku akan tetap melangkah maju dengan menjadikan ketakutan sebagai alasan. Aku hanya akan berhenti kalau sudah tak ada lagi yang aku tuju."

Yuji hanya diam sembari memandang kakaknya yang menyalakan burners dan perlahan terbang menuju angkasa. Hari sedang cerah dan semua anak-anak, termasuk Tomo'o berkerumun menyaksikan balon angkasa itu membumbung.

"Yuji! Ayah mewariskan dunia ini pada kita. Dan itu tak akan ada habisnya."

2 komentar:

  1. Kalimat terakhir mengingatkan saya pada sesi wawancara ACI :)

    BalasHapus
  2. Hehehehe, apa yang kamu katakan di sesi wawancara itu put? Aduh, saya jadi tersanjung tulisan ini dikomen sama petualang ACI :D

    BalasHapus