Senin, 29 September 2014

Nonton Ari dan Reda



Akhirnya bisa melihat Ari dan Reda manggung. Ada masa-masa dimana lagu mereka, musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono, mengalun terus-terusan di ruang redaksi Tegalboto.

Duo yang dibentuk di kampus UI ini sudah berubah banyak sepertinya. Saya selalu membayangkan Reda adalah perempuan berambut panjang. Entah kenapa. Ini bayangan ngawur saya saja. Ternyata rambut Reda pendek. Dengan kacamata dan pakaian kasual yang membuatnya tampak santai. 

Sedang Ari, saya sudah pernah lihat fotonya. Rambutnya agak panjang dan berombak. Ternyata Sabtu malam itu, rambutnya sudah pendek. Ia tampak lebih rapi dengan kemeja denim.

Selain anak-anak muda yang memadati Coffeewar malam itu, ada beberapa lelaki perempuan paruh baya. Dari percakapan mereka, tampaknya Ari dan Reda adalah kawan mereka sedari kuliah dulu. Nostalgia jadinya. Hehehe.

Sayang Coffeewar tak sanggup menampung luberan penonton. Banyak yang akhirnya berdiri di luar. Termasuk saya dan Rani. Tapi kami lumayan menikmati pertunjukan syahdu itu. Lampu remang. Suara musik mengalun lembut. Asoy bener. Sayang beberapa kali motor dengan knalpot berisik lewat dan memecah kesyahduan malam itu.

Oh ya, parkir malam itu Rp 5.000. Edan ya? Padahal beberapa kali saya nonton acara musik di Coffeewar tak pernah semahal itu. 

Ah, semoga saya dan Rani bisa menonton Ari dan Reda lagi di tempat yang lebih besar, lapang, dan tenang. []

1 komentar:

  1. Aaaaa... Ari-Reda! Dari dulu kepingin banget bisa nonton mereka secara langsung, tapi gak bisa... Entah kapan bisanya. :(

    BalasHapus