Rabu, 01 Agustus 2012

Karena Kesederhanaan Adalah Kekayaan


We're not into music, we're into chaos!

(Sex Pistols, Pada suatu masa kejayaan Punk Rock)



Kata-kata legendaris itu pernah dikumandangkan dengan lantang oleh kuartet punk rock Sex Pistols. Slogan itu menjelaskan bahwa Sex Pistols bukanlah sebuah band, melainkan sebuah unit ugal-ugalan yang hanya bertujuan membuat kekacauan, bukan memainkan musik.

Sex Pistols muncul dengan konsep minimal pada skill. Musik mereka seakan menyodorkan pantat kepada para musisi bertalenta tinggi dari ranah rock n roll. Musik mereka tak rumit seperti musik --semisal-- heavy metal ala Led Zeppelin atau Deep Purple. Mereka menyajikan kesederhanaan.

Kesederhanaan ala Sex Pistols itulah yang diusung oleh Awe Mayer, seorang musisi bujang yang sekarang sedang mengemban tugas sebagai bapak guru di Lampung. Di tengah kesibukannya mengajar banyak murid dan usahanya untuk mencari pendamping hidup, darah seninya masih tetap menggelegak. 

Hasrat bermusik itu lantas berwujud pada single berjudul "Lagu Opak" yang diberi rating 4,5/5 oleh Bulaksumurbeat.net. Sekali lagi, mengusung kesederhanaan, Awe Mayer membuat musik yang tak kalah rumit dan susah dimengerti oleh nalar manusia normal.

"Lagu ini akan memiliki dua nada dasar, C dan G." Kenapa hanya ada dua kunci? Karena Awe Mayer mengaku hanya bisa memainkan kunci tersebut. Tapi jangan meremehkan kesederhanaan. Sex Pistol atau Ramones bisa mendunia hanya berkat tiga kunci, yang lebih dikenal sebagai three chords music. Kelak, mungkin Awe Mayer akan dikenal sebagai pelopor bichords music alias musik dengan 2 chords gitar sahaja.

"Ingat, bahwa kesederhanaan adalah kekayaan" tambahnya seakan berpledoi.

Awe Mayer memulai lagu ini dengan preambule ala bapak RT. Semakin lengkap dengan peci hitam yang sepertinya kekecilan. Gitar bolong berwarna coklat membuat Awe Mayer jadi seperti Eric Clapton muda, apalagi Awe juga memakai kacamata, sama seperti Mr. Clapton himself.

Tapi Clapton harusnya malu ketika melihat Awe beraksi. Dengan chord yang konon hanya C dan G, Awe membuat musik yang sama sekali terdengar avant garde. Musiknya susah dinalar oleh orang normal. Hanya orang-orang terpilih yang bisa menikmati musik macam ini.

Chord yang "hanya" C dan G ternyata bukan C dan G konservatif. Jemari Awe memencet fret yang berbeda. Hasilnya? Suara gitarnya tak standar. Kalau gitaris lain bisa membuat gitar seperti orang menjerit, maka suara gitar Awe berhasil keluar sebagai orang meringkik. 

Lantas bagaimana suara Awe? Meski menyandang marga Mayer di belakang namanya, Awe tak lantas berusaha menjadi John Mayer, kakaknya yang lebih dulu sukses. Awe mempunyai ciri khas sendiri. Suaranya konon merupakan hibrida dari vibrato dan tenor. Menghasilkan getaran suara yang mengguncang.

Saya sempat salah duga. Di bait-bait awal, Awe menyanyi dengan datar. Seakan hidupnya hanya tinggal mencari jodoh, nikah, lalu selesailah sudah. Saya mengangap suara Awe akan biasa-biasa saja seperti kontestan idola di tipi-tipi. Tapi saya lantas tertampar karena kecerobohan dan kesoktahuan saya.

Di bait "Para musisi, juga cari rejeki, pada obral lagu religi/Dari Gigi sampai Nidji, semuanya nyanyi lagu religi", suara Awe menanjak. Memakai gigi 1 agar kuat mendaki, seperti truk menuju Ranu Pane. Melengking tajam, mengalahkan lengkingan Sebastian Bach pada akhir lagu "I Remember You". Saya terhenyak. Bengong. Melongo. Mulut saya mengaga. Tak bisa terkatup. Dari sini, saya kira pantas kalau Sir Dandy memasang kuda-kuda siaga. Awe patut diwaspadai sebagai saingan Sir Dandy dalam hal kebrilianan suara.

Sampai akhir lagu, sebenarnya nyaris tak ada kejutan berarti. Mungkin kejutannya adalah adanya instrumen avant garde tambahan, yakni motor --yang ditilik dari suara knalpotnya yang berisik-- 2 tak. Bayangkan, berapa banyak musisi dunia yang kepikiran menambahkan instrumen bunyi knalpot 2 tak dalam aransemen musiknya? Sungguh melampaui zaman!

"Lagu Opak" saya kira sudah berhasil mematahkan streotype lagu religi yang terlalu bergenit-genit ria dengan tuhan, ampunan, dosa, dan lain sebagainya. Lagu karangan Awe Mayer ini adalah jenis baru lagu religi, dimana lagu religi pun bisa dijadikan sebagai kritik sosial, tak hanya punk atau rock n roll. Dengan lagu yang sudah mulai dijual di I-tunes ini, maka wajar kalau Lampung disebut sebagai gudang 1000 musisi. Selain Kangen Band, Hijau Daun, dan kompatriot lain, sekarang Awe Mayer muncul. Awe pun mendapat predikat "The Next Hot Single Guy" dari majalah Feminim. Grupis-grupis binal pun sudah mulai ambil ancang-ancang untuk memperjakai Awe.

Tapi bagi kalian para grupisnya --info terbaru dari manajernya, Gorgom dan Jaki, grupis Awe sudah mencapai angka 19.273 orang-- yang berusaha mencari perhatian Awe dengan cara apapun, bersiaplah untuk patah hati dan gantung diri. Karena pria soleh ini sudah menambatkan hati pada mahasiswi sholehah yang suka naik gunung bernama Maharsi Wahyu K. Kita tunggu saja, selepas penugasan Awe Mayer di Lampung, apaka nama Maharsi jadi Maharsi Wahyu K. Mayer? 

Ini kenapa akhir tulisannya jadi membahas gosip? Ah sudahlah...


post-scriptum: bagi kalian kaum-kaum tidak beruntung yang belum menyaksikan video "Lagu Opak", bisa kalian lihat di: http://www.youtube.com/watch?v=corCGX-t-sM

1 komentar:

  1. wah lagu dengan C & G sederhana tapi keren keren... sebenarnya sih cord itu bisa penting bisa tidak... tapi lebih ke tulusan menyanyikannya sih ya... salam,

    BalasHapus