Sabtu, 09 April 2011

Zugeng, Pakai Z, Bukan S

Beberapa waktu lalu saya pergi makan malam dengan Rina di jejeran warung tenda Bank Exim. Setelah memesan makanan, kami pergi ke warung penjual jagung bakar di sebelah warung tempat kami makan. Setelah memesan, saya mengedarkan pandangan di sekeliling. Saat itulah mata saya bertumbukan dengan mata seorang pemuda. Sepertinya saya kenal pria ini.

Rupanya dia juga ingat dengan saya. Karena ia langsung menunjuk saya dengan tersenyum. Pemuda berponi belah tengah mirip Jim Carrey dalam film Dumb and Dumber ini lalu menghampiri dan menjabat tangan saya.

"Sugeng!" teriak saya histeris.

"Hehehehe, masih inget ya mas?" tanyanya kocak. Giginya masih saja bogang seperti saat dulu pertama ketemu. Senyumnya masih saja jenaka dan memancing senyum geli orang lain.

Bagaimana saya bisa lupa dia. Pemuda bertubuh kurus ini sempat ikut menginap bersama panitia di lapangan basket ketika saya dan kawan-kawan PORSA lain mengadakan sebuah turnamen basket pada medio 2007 silam. Hampir 4 tahun lalu. Sugeng dulu selalu berseloroh kalau namanya adalah Zugeng, pakai Z, bukan S. Saya selalu ketawa ketika mendengar ia menyebut namanya.

Dulu pula, selepas acara basket selesai dan Sugeng, upps, maksud saya Zugeng, menghilang entah kemana, saya membuat sebuah tulisan. Semacam ode bagi Zugeng. Pemuda pengembara yang katanya sekarang sering nongkrong di sebuah kios rokok samping Bank Mandiri.Sayang stok fotonya hilang, hangus bersama semua konten di hard disk lama saya yang crash.

Tapi untuk melawan lupa mengenai Zugeng, ini dia tulisan lama saya mengenai Zugeng.

***

Di sela – sela event SBC 07, ada 1 anak ajaib yang tiba – tiba muncul di tengah – tengah panitia. Gak ada yang tau dari mana asal anak setan itu, tiba-tiba aja dia datang, ikut nimbrung bareng panitia sampe ikutan ngegosip bareng.

Saat ditanya siapa dia, Dia dengan tampang mesum nan bloon menjawab dengah stylish “ jenengku Zugeng, nggawe Z lo…aku iki premane alun-alun,lek sampean disalahi wong,ngomongo aku,tak hajar wonge,tak sikat!!! ( baca : namaku Zugeng,pake Z lo.aku ini premannya alun-alun,kalo anda di usili sama orang lain,bilang aku,aku hajar dia,aku sikat!! )

Yang mendengar tentu saja hanya bisa mesem – mesem sembari menahan tawa. Memang susah menahan tawa ketika mendengar Zugeng berbicara dan melihat fisiknya secara bersamaan. Kalian bisa membayangkan ada preman bertubuh kecil nan kurus laiknya anak kurang gizi, bergigi ompong, rambut merah serta kulit hitam legam karena terbakar matahari dan resleting celana yang tak pernah tertutup? Tentu itu semua hanya guyonan dia ( belakangan aku tahu kalau dia selalu mengucapkan kalimat-kalimat ajaib itu setiap berkenalan dengan orang baru ).

Hari esoknya, banyak panitia yang mengira si Zugeng udah ngacir pulang karena gak keliatan seharian. Ternyata malamnya si Zugeng muncul lagi. Dengan pakaian dan dandanan sama seperti kemarin. Dia dengan jujur dan tanpa malu – malu mengakui kalau dia gak mandi dan gak ganti pakaian sejak 3 hari lalu. Pantes aja bau nafasnya kayak jigong dan bau badannya kayak taik dinosaurus. Dia tetap berkeliaran gak jelas di arena tempat SBC. Dan satu lagi yang harus di saluti dari anak kecil sinting itu, dia masih PD buat nggodain cewek-cewek seksi yang bertebaran di arena SBC meski tanpa mandi dan ganti baju selama 3 hari…salut cuk!!

Malemnya saat panitia beres-beres, Si Zugeng turut pula membantu. Dia bilang “ mas aku oleh nginep kene gak? “ Para temen panitia pun mengiyakannya. Saat malam semakin larut dan dingin, dia bercerita tentang siapa dia sampai kenapa dia ada disini. Dan yang bikin malam itu menjadi hangat adalah cara bercerita Zugeng dan gaya bahasa Zugeng yang mencampur bahasa, mulai bahasa Jawa, Madura hingga Inggris (meskipun mungkin dia tidak tahu artinya…)

Si Zugeng ini ternyata masih umur 16 tahun. Wajahnya emang keliatan lebih tua dari umurnya, tapi cara bicara dan perawakan tubuhnya tak bisa menipu. Kok bisa dia sampe ada di tengah –tengah kita? Dia pun bercerita dengan semangat kalo dia minggat, dan masalahnya unik sekaligus menggelikan, karena putus ama cewek. Cerita pun terus mengalir deras dari bibirnya yang hitam karena kebanyakan merokok. Dan tawa tak pernah absen dari para panitia, ya itu tadi gara-gara cara ngomong si Zugeng sampe fisiknya yang bikin ketawa.

Lalu tiba-tiba sambil menyedot rokok kretek murahannya, dia berkata,

“adem-adem ngene enake nyenuk “. Para panitia pun tertawa sekaligus bertanya – tanya, apa si Zugeng ini benar- bener udah pernah “jajan” ato itu cuma celetukan usilnya aja??

Aku yang paling getol bertanya, tentu saja penasaran. Ternyata si Zugeng emang udah gak perjaka lagi. Dia mengaku udah pernah beberapa kali "jajan" di sekitar Alun-Alun. Dia bercerita dengan polosnya kalo dia paling sering membooking PSK primadona bernama Zuzi ( lagi-lagi dia mengganti huruf S dengan Z ).

“mbak Zuzi sakno karo aku, dadine aku dikei gratis. De’e yo ngomong, lek kenthu karo aku gak kroso, soale tekku cilik” ujarnya Sambil merokok dan mata terpejam seakan dia menikmati saat-saat dia bercinta dulu, saat ditanya bagaimana ia bisa membayar sang PSK.

Hari terakhir turnamen. Aku pun pulang sejenak untuk sekedar mandi dan say hello sama orang tua,karena udah hampir 2 minggu aku gak pulang. Setelah mandi,aku ingat kalo ada beberapa hem, kaos dan celana panjang yang udah jarang aku pake. Mungkin terdorong rasa simpatiku terhadap mahluk cabul bernama Zugeng itu, aku mengepak pakaian-pakaian itu, tak lupa sebuah sabun, sikat gigi dan odol sebagai pelengkap. Lalu aku berikan pada Zugeng. Dia pun kegirangan dan tak lupa mengucapkan banyak terima kasih.

Benar aja, malemnya begitu banyak cewek seksi berkeliaran di lapangan basket PKM, tempat diadakannya acara SBC. Aku yang sibuk ngurusi tetek bengek teknis gak begitu memperhatikan si Zugeng. Nah,pada saat aku mau tampil nge-band,ada yang manggil aku “ Mas Nuran!! “ ternyata yang manggil adalah sesosok kutu kupret kecil bernama Zugeng yang udah ganti baju, mandi, sisiran dan tak lupa memakai baju yang tadi siang aku beri. Aku hanya bisa senyum dan mengacungkan jempolku.

Saat aku check sound, si Zugeng udah dengan gagahnya berada di depan panggung. Tubuh kecilnya terhimpit di antara para penonton yang rata-rata bertubuh lebih besar dari dia. Saat aku memainkan intro lagu Waiting-nya The Adams dia pun dengan gila berjingkrak-jingkrak gak karuan seakan tak mau kalah dengan penonton lain. Dan malam pun berlalu…

Seusai acara, si Zugeng tetap dengan ritualnya,menolong kami beres-beres dan tak lupa menghibur kami dengan banyolan segar nan mesum. Di tengah hamparan karpet yang hangat, kami pun bercengkrama. Malam terus berjalan ditemani bintang yang bertaburan di angkasa dan rembulan yang bersinar genit. Tak terasa satu persatu panitia tertidur. Mungkin karena capek, capek kerja ngurusi SBC dan tentu karena capek tertawa, mungkin juga karena telah di dongengi oleh mahluk titisan iblis cabul bernama Zugeng.

Entah pelajaran apa yang bisa di dapat dari seorang anak kecil cabul seperti dia. Mungkin kalau dilihat sekilas mungkin tak ada yang bisa didapat dari anak seperti dia. Tapi setelah aku selami lebih dalam, banyak sekali pelajaran hidup yang bisa aku dapat dari seorang bolang ( bocah petualang ) seperti dia.

Dia seakan mengajarkan pada aku dan teman-temanku bagaimana harus bahagia dan optimis dalam menjalani hidup, tentu saja dengan cara bercanda dan selalu tertawa dalam keadaan apa pun. Dia juga mengajarkan padaku bagaimana seorang lelaki harus hidup, bebas seperti burung dan goin’ where the wind blows. Si Zugeng tanpa perasaan takut meninggalkan rumah dan belajar hidup mandiri ( meski itu berarti dia harus hidup menggelandang ) dan jauh dari orang tua. Aku sendiri (dan mungkin kalian juga) mungkin takut kalau disuruh meninggalkan rumah tanpa bekal apa- apa seperti si Zugeng. Si iblis kecil itu juga mengajarkan padaku kalau lelaki harus berani mengambil keputusan, meski pahit. Dan si Zugeng mengambil keputusan berani, keluar dari rumah pada saat umur 16.

SBC telah usai. Itu berarti pula berakhir juga kebersamaan antara aku dengan seorang bocah ajaib bernama Zugeng. Saat aku bertanya kemana tujuan dia setelah SBC usai, dia dengan wajah serius dan sulit dipercaya menjawab penuh petuah,

“Gak tau aku mau kemana, nurut opo jare sikil”. Dan aku hanya tersenyum sambil menepuk pundaknya saat mengetahui dia bisa serius dan mengucapkan kata bijak seperti itu. Dan aku berpikir mungkin seperti dialah gambaran lelaki sesungguhnya yang digambarkan Ronnie Van Zant dalam Free Bird.

“If I leave here tomorrow, would you still remember me? For I must be traveling on now. Cause too many places I’ve gotta see. ‘Cause I’m as free as bird, and this bird you cannot change, oh lord knows I cant change…“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar