Senin, 05 Juli 2010

Sebuah Cerita Lagi Dari Cak Kandar

Hei, kalian sudah kenal kan dengan Muhammad Kusnandar? Kalau belum tahu, silahkan berkenalan dengannya.

"Anu, nama saya Kusnandar, kus strip nandar. Jadinya kus-nandar"


Bagi yang belum tahu siapa Cak Kandar itu, poor you! Tapi tak ada kata terlambat untuk belajar, silahkan baca mengenai Cak Kandar disini.

Saya cukup lama tak menjumpainya. Beberapa hari belakangan saya sedang sibuk beredar. Dari Jember saya ke Jogja. Dari Jogja saya ke Surabaya. Dari Surabaya saya menyebrang ke Madura. Dari Madura saya berlayar ke Sapudi. Dari Sapudi saya tancap gas lagi ke Surabaya. Dari Surabaya baru saya balik ke Jember, naik kereta api tut tut tut.

Dan saya jadi kangen celotehan Cak Kandar.

Dia masih saja tak berubah. Tetap berpotongan rambut pendek, dengan kaos Golkar warna kuning lusuh kesayangannya. Dia masih suka tidur berbantalkan sebuah papan kayu. Dia masih suka berselimutkan selimut tebal berwarna coklat dengan aksen garis-garis hitam. Dan dia masih saja menaruh sebotol air dalam botol aqua ukuran besar, kalau di tegalboto sedang tidak ada air.

Perihal air ini, Tegalboto pernah heboh.

"Cak, minta air gih, ke Reog (UKM Reog)" kata seorang teman. Beberapa saat kemudian, Cak Kandar datang membawa sebotol air. Teman saya itu pun meminumnya tanpa ada pikiran buruk apapun.

Beberapa saat kemudian, teman saya itu melihat kembali botol air itu. Ternyata ada lumut yang terbang dengan indah. Hijau, kontras dengan air yang bening itu.

"Cak, itu bukan air minum ya?!" tanya teman saya panik setengah menghardik. Teman saya punya hipotesa kalau air di botol itu adalah air dari kamar mandi.

Cak Kandar sih bilangnya itu air minum. Tapi kebenaran hanyalah milik Tuhan... Biarkan saja, toh kita tidak akan mati hanya karena meminum air kamar mandi (kalau kita menganggap air botol itu adalah air kamar mandi lho). Dan sampai sekarang Cak Kandar masih suka membawa air dalam botol. Kami pun masih suka minum air botolan itu kok.

Jadi, tadi sore Aku, Didik, dan Arys pergi ngopi ke Bulek. Bagi yang tidak tahu apa bulek itu, baiklah saya akan jelaskan. Bulek itu adalah bahasa jawa untuk bibi. Dalam konteks tulisan ini, bulek adalah nama warung kopi kecil di sebelah Fakultas MIPA.

Aku pulang ngopi setelah maghrib. Ternyata tegalboto masih gelap. Aneh. Biasanya Cak Kandar tak pernah alpha menghidupkan lampu. Mendengar motor saya datang, Cak Kandar keluar dari UKM Pencak Silat. Dia datang perlahan dengan gaya berjalannya yang khas, seperti pinguin dengan langkah kaki diseret. Sembari tak lupa tersenyum

"Kok gak dihidupin cak?" tanya saya.

"Anu, saya takut, hehe" jawabnya sembari cengengesan. Saya, Arys, dan Didik hanya bisa tertawa mendengar jawaban Cak Kandar yang polos.

"Lha, kenapa takut?" kataku sembari menghidupkan lampu ruang tengah dan ruang redaksi.

"Itu gelap tadi. Saya takut" jawab Cak Kandar. Cak Kandar memang punya "kemampuan." Dia bisa melihat mahluk gaib. Kurang ajarnya, kami sering menggoda Cak Kandar sembari mengajaknya ke sumur di depan UKM KSR. Kata Cak Kandar, dia sering lihat wanita berambut panjang nongkrong di depan sumur itu. Siapa dia? Entah. Tapi saya berani bertaruh kalau wanita itu bukanlah model sunsilk atau pantene.

Oh ya, ngomong-ngomong Cak Kandar sedang susah dan galau sekarang. Sebabnya adalah harga anggur merah yang naik drastis.Dulu sebotol anggur merah itu (kalau gak salah) 15.000 rupiah. Sekarang meroket, jadi 34.000 rupiah. Naik 100% lebih.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, naiknya harga miras kelas bawah itu berdampak besar. Orang yang ingin minum banyak tapi hanya punya uang terbatas, terpaksa mencampurnya dengan berbagai campuran, seperti potas contohnya.

Orang-orang naif sih bilang "berhenti saja minum!"

Tapi apakah semudah itu? Sayangnya tidak. Minuman keras itu sama dengan pelacuran dan judi, memiliki sejarah panjang di Indonesia, bahkan di dunia. Tak semudah itu membuat seseorang berhenti minum.

Kalau pemerintah menaikkan pajak minuman beralkohol golongan atas, it's okay sebenarnya. Tapi kenapa minuman beralkohol kelas bawah - seperti Anggur Merah - juga dinaikkan? Kenaikan harga secara drastis - dan tiba-tiba- ini bukannya menekan angka jumlah peminum dan akibat yang ditimbulkan oleh minuman keras, melainkan malah membuat masalah jadi semakin panjang: minuman dicampur, mereka keracunan, lalu mati...

"Kios di depan BTN itu gak jual anggur lagi sekarang" kata Cak Kandar sembari matanya menatap televisi. "Harga anggur naik" sambungnya lagi.

Tuh kan, pemerintah jadinya malah menghilangkan rejeki orang.

Ah, sudahlah, saya sepertinya tak bakat untuk berbicara mengenai pemerintah dan negara. Jadi mari kembali bercengkrama dengan Cak Kandar.

Ngomong-ngomong soal minuman beralkohol, Cak Kandar paling suka anggur merah. Cap Orang Tua adalah merk favoritnya. Tapi dia juga suka minum vodka atau Topi Miring. Merk terakhir ini dipilih kalau keuangannya dan keuangan teman-teman minumnya sedang seret.

Kadang Cak Kandarjuga suka minum bir. Bir favoritnya adalah bir merk Anker. Di urutan kedua merk bir favoritnya, Bir Bintang yang berhasil mendapatkan kehormatan.

Pernah Miko membawa satu kaleng bir Carlsberg buat saya. Karena saya bukan peminum, saya ingin membaginya dengan Cak Kandar.
Ternyata dia malah menolak.

"Enggak ah, cuma satu kaleng" katanya enteng. Saya cuma tertawa sembari heran dengan jawaban Cak Kandar.

"Hahaha, kamu minta berapa kaleng Cak?" tanya saya. Memang susah ngadepin peminum kelas berat. Hehehe.

Ternyata saya salah sangka. Baru saja saya menyadarinya. Iya, baruuu saja. Otak saya terlalu bodoh untuk menangkap maksud tersembunyi Cak Kandar.

Ternyata dia tidak mau ikut minum, karena birnya hanya satu kaleng. Dia tidak ingin mengganggu acara minum bir saya. Dia ingin saya menikmati penuh bir itu. Cak Kandar tidak ingin mengganggu kenikmatan saya minum bir yang cuma sedikit itu. Ah, rupanya saya memang bodoh cak. Maafkan kenaifan saya Cak.

Cak Kandar memang pria berhati mulia. Saya percaya itu.

Oh ya, ada yang aneh sore tadi. Cak Kandar merokok Kennedy, rokok putihan yang harganya cukup mahal. Kata Cak Kandar, harga satu pack Kennedy itu 6.900 rupiah. Biasanya dia mengkonsumsi rokok kretek merk Warung Kopi. Harganya cuma 3.000 rupiah saja.

"Tadi saya dapat uang. Jadi bayongan" katanya. Bayongan itu apa cak? Oalah, ternyata bayongan itu adalah ball boy tenis. Saya tidak tahu siapa yang menciptakan istilah itu. Cak Kandar bercerita kalau dia tadi dapat 5.000 rupiah hasil dari menjadi bayongan selama setengah hari.

"Tadi cuma setengah hari. Anu, tadi sore kan hujan. Jadi cuma dapet lima ribu" katanya polos. Biasanya kalau full day, Cak Kandar dapat 10-15 ribu. Uang hasil bayongan itu biasanya dibuat beli rokok. Jadi kalau baru dapat uang, Cak Kandar berfoya-foya dengan caranya sendiri. Dia beli rokok yang harganya rada mahal.

Sama seperti kita yang berfoya-foya membeli nasi padang ketika uang kiriman atau honor tulisan baru datang. Setelah uang habis atau menipis? Ya kita kembali makan lalapan tempe. Cak Kandar pun balik ke merk rokok kesayangannya: Warung Kopi.

"Cak, kapan-kapan minum bir yuk?" ajak saya pada Cak Kandar yang sudah setengah mengantuk.

"Ayo, hehehe,kamu minum juga tapi ya" jawab dia. Oke boss, no problemo!

Saya punya nazar. Kalau honor tulisan saya turun, saya akan traktir Cak Kandar sebotol bir, merknya terserah dia lah. Biar dia yang milih. Nanti ya cak...

Sekarang kamu tidur saja dulu. Iya, pakai bantal papan kayu itu, dan pakai selimut coklat itu. Dan saya akan mematikan lampu agar tidurmu nyenyak. Jangan takut, Arys sudah tidur di sebelahmu kok. Dia gak takut setan. Sama tuhan saja dia tak takut, tak mungkin lah dia takut sama setan.

Selamat tidur cak Kandar!


Jember, 5 Juli 2010, 02.18 WIB
Sembari menyembah Melancholic Bitch

3 komentar:

  1. Mantabs.... kapan nih ambil fee nya hehee...

    Salam buat cak kandar ya....

    saudara sebotol...

    wendra ajistyatama

    BalasHapus
  2. wahahaha, nih, salah satu teman minum cak kandar, hahaha... iya, mas wen yang pernah terkapar kalah tanding minum sama cak kandar, hahaha...

    fee-ku ditransfer mas, hehehe...

    BalasHapus
  3. kangen dengan cak kandar? bagaimana itu bisa terjadi?
    aku lo takut sama cak kandar. haha

    Prima

    BalasHapus