Selasa, 15 Mei 2012

Belanda: Dari Total Footbal Hingga Brownies Ganja

Utrecht sedang cerah sore itu. Kereta yang saya tumpangi dari Hamburg baru saja berhenti di Stasiun Utrecht Central. Rencananya saya akan bertemu dengan dua orang teman yang sedang melanjutkan studi Universitas Utrecht.

Langit musim panas Utrecht masih terang walau jam sudah menujukkan pukul 8 malam. Dua orang teman saya datang. Kami lantas menaiki kereta menuju Amsterdam. Belanda memang lekat dengan Indonesia. Sejarah mengatakan bahwa Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun. Banyak darah dan air mata tertumpah. Tapi Belanda juga membawa banyak hal baru: hukum tata negara, sistem tata kota, hingga sistem kanalisasi.

"Orang Belanda itu mengatur segalanya dengan sistematis" ujar salah seorang kawan. Ia menunjuk pohon yang berjejer rapi di samping kanal. Pohon itu tingginya nyaris sama. Seperti sengaja diatur.

Kanal merupakan salah satu bentuk kreativitas bangsa Belanda. Dengan tinggi daratan lebih rendah ketimbang tinggi perairan, Belanda dituntut untuk menguasai tekhnik merancang “pertahanan” agar daratannya tak terendam oleh air. Belanda berhasil melakukannya selama ratusan tahun. Tak heran, Belanda termahsyur dengan jurusan tekhnik konstruksi bangunan. Hingga sekarang kanal menjadi urat nadi bagi masyarakat Belanda. Selain menjadi jalur lalu litas air, kanal juga telah menjadi obyek wisata.

Stasiun Amsterdam Central sudah di depan mata. Kami bertiga turun. Berjalan kaki sejenak, kami sudah sampai di depan stadion Amsterdam Arena, markas kebanggaan salah satu tim sepak bola terbaik Eropa: Ajax Amsterdam. Tim ini merajai Eropa pada era 1970-an. Banyak pemain legendaris dunia lahir dari tim ini. Sebut saja  Marco van Basten, Johan Cruijff, hingga Dennis Bergkamp.

Dalam dunia sepak bola, Belanda dikenal dengan teknik total footbal. Dalam penjelasan sederhana, total football adalah strategi bola yang tidak mengenal posisi baku. Ia bisa berubah-ubah sesuai kebutuhan tim. Bek kiri bisa menjadi sayap kiri, sedang penyerang bisa menjadi gelandang bertahan. Strategi ini dipopulerkan oleh Rinus Michels, pelatih Belanda tahun 1950 hingga 1954. Strategi ini berhasil membuat Belanda menjadi tim yang sangat ditakuti di kancah persepakbolaan. Strategi ini menunjukkan kreativitas orang Belanda. Ia mengobrak-abrik pakem strategi bola konservatif. Karena itu Belanda susah dibendung. Hasilnya adalah gelar juara Piala Eropa tahun 1988 ketika ditangani oleh Johan Cruijff, mantan anak asuh Rinus Michaels.

Sore sudah menjelang ranum. Gelap sudah mulai tandang. Kami melangkahkan kaki menuju kawasan red light district. Kawasan lampu merah ini begitu termahsyur di Eropa. Selain menjadi kawasan hiburan dan seks, ada satu tempat yang wajib dikunjungi oleh banyak wisatawan: coffee shop. 

Coffee shop bukanlah kafe tempat ngopi biasa. Mereka menjual menu yang sudah menjadi legenda: brownies ganja: campuran antara brownies dan ganja. Ini juga merupakan salah satu bentuk kreativitas warga Belanda. Mencampurkan ganja dalam makanan. Ganja sendiri sudah lama dikenal sebagai daun yang dijadikan bahan campuran masakan, seperti di Aceh. Tapi karena ada UU NAPZA, ganja dianggap ilegal di Indonesia. Di Belanda sendiri, ganja adalah barang legal, walau tetap ada aturan penggunaannya. 

Malam semakin menua. Saya melirik jarum jam. Sudah jam 1 pagi. Kami segera bergegas mengejar kereta terakhir menuju Utrecht. Dalam hati saya berjanji, kelak saya akan kembali. Menelusuri Belanda yang kreatif. Dari kanal, sepak bola, hingga yang sedikit nakal: brownies ganja.

1 komentar: