Nah, hari Selasa (15/6) sore saya sampai di stasiun Gubeng Surabaya, setelah 3 hari sebelumnya saya riang gembira mengunjungi Mas Toni Blank buat rubrik cangkruk di majalah Tegalboto. Si Putri sudah menunggu dengan tenang di bangku berwarna hijau di sebelah panggung kecil tempat show musik sederhana. Setelah ngobrol ngalur ngidul tentang kekasih imajiner, musik, jalan-jalan, bla bla bla, kami sepakat untuk makan siang di mie pangsit Kayoon yang kata Putri enak tenan. Ayos datang 15 menit kemudian, dan kita pun langsung menuju ke warung mie pangsit yang terletak di bilangan Jalan Kayoon (karena itu disebut dengan mie pangsit kayoon).
Kami memesan 3 porsi mie pangsit, dua es teh buat Ayos dan Putri, dan satu es jeruk buat saya. Sembari menunggu pesanan datang, saya dan Ayos ngobrol sembari menowel-nowel pipinya Putri yang makin menggelembung tak terkendali.
Beberapa menit kemudian, pesanan kami datang. Hore!
Mie Kayoon ini porsinya cukup besar, lumayan untuk pengganti nasi sebagai makan siang. Mie Kayoon berukuran besar, tak seperti Cui Mie ala Malang atau Mie Pangsit Apong Jember yang ukuran mie-nya relatif kecil. Diatas mie, ada topping berupa suwiran daging ayam yang banyak, lalu ada potongan daun bawang.Lalu masih ada acar mentimun sebagai teman. Kita juga diberi satu mangkuk kecil kuah yang rasanya gurih dan hangat. Saya merasakan ada bau dan rasa merica disana.
Tapi sayang seribu sayang, pangsitnya yang mengecewakan. Dalam hemat saya, pangsit yang baik dan benar adalah pangsit yang ada isinya, entah itu cacahan daging sapi, atau cacahan daging ayam. Kalau pangsit tidak ada isinya, itu mah sama saja boong. Itu cuma kulit pangsit doang. Itulah pangsit mie kayoon.
Okay, mari membuat perbandingan. Saya pernah mengajak Putri makan mie Apong. Dia begitu menyukainya. Hal ini tampak dari ekspresi mukanya yang merem melek ketika menyeruput mienya. Iya, dia begitu menikmatinya sampai dia tahu sebuah rahasia besar yang tidak boleh saya ceritakan disini. Lalu, pangsit Mie Apong ini ada isinya, padat pula. Isinya adalah cacahan daging ayam yang terasa lembut dan lumer di lidah. Beda dengan pangsit Mie Kayoon yang tidak
ada isinya, hanya berupa kulit pangsit sahaja.
Tapi mie kayoon ini unggul dalam kuah. Kuahnya begitu terasa kaldunya, dan rasa merica begitu mahir memainkan perannya dalam memberikan aksen pedas menghangatkan. Rasanya tidak hambar, tidak seperti kuah mie Apong.
Bagaimana soal harga? Mie Kayoon ternyata lebih mahal 500 rupiah dibandingkan mie Apong. Seporsi mie di Kayoon dibandrol dengan harga 8000 rupiah.
Bicara soal porsi, dua-duanya sama banyak. Cukup mengenyangkan buat makan siang. Si Putri sama-sama tidak bisa menghabiskan mie Apong ataupun mie Kayoon. Ternyata pipi besar tidak menjamin daya tampung lambung yang besar, hehehehe.
Kalau diharuskan membuat perbandingan nilai keseluruhan, nilainya adalah:
Mie Kayoon : 7,5/10
Mie Apong : 8.0/10
Jadi Putri, mari kita makan Mie Apong sahaja, hahahaha.
Masih di Surabaya
Di tempatnya Ayos, tertolong oleh akses internet gratis
Dan masih berusaha menemukan sisi enaknya Galaxie 500, mabuk mabuk deh...
Di tempatnya Ayos, tertolong oleh akses internet gratis
Dan masih berusaha menemukan sisi enaknya Galaxie 500, mabuk mabuk deh...
Wahaha review yang menarik.
BalasHapussaya link ke blog saya ya mas Nuran..
entah kenapa, mie kayon tak bisa kuhabiskan, biasane entek kok, om...
BalasHapuscuman ngeliat kalian berdua saja, saya sudah lumayan kenyang :)