Sabtu, 14 Januari 2012

Nostalgia Sederhana di Pojokan Gubeng Lama

Saya tak tahu sejak kapan warung yang ada di pojokan stasiun Gubeng lama ini berdiri. Seingat saya, semenjak saya masih SD dan rutin pergi ke Surabaya bareng ayah, kami selalu menyempatkan diri makan di tempat ini. Nama Sederhana rupanya berwujud pada desain warung yang juga sederhana. Hanya ada  jejeran meja dan kursi plastik merah. Tapi pengunjung tak pernah sepi. Selalu ada yang datang ketika ada yang pergi. Saya malah merasa, suasana ini yang menyenangkan. Menghadirkan suasana nostalgia di pojokan Gubeng Lama yang makin lama makin sepi.



Depot yang juga pernah dikunjungi oleh Surya Saputra (di tembok kasir, ada foto besar sang pemilik warung dengan mantan presenter kuliner dengan sponsor kecap) itu menyajikan beraneka menu. Menu andalannya adalah pecek ayam, pecek lele, rawon, dan juga nasi campur. Harganya terjangkau. Yang paling mahal adalah pecek ayam, hanya 10.000 rupiah saja. Harga itu termasuk murah karena ayam yang disajikan adalah ayam kampung, bukan ayam broiler.

Pecek lele-nya pun spesial. Dua ekor lele berukuran sedang digoreng hingga garing. Jadi lelenya bisa dimakan hingga tandas, tak tersisa kepala dan duri yang biasanya memang tersisa. Sambal tomatnya pun mantap, plus segar karena dikucuri perasan jeruk nipis. Menu ini bertambah lengkap dengan adanya timun dan kacang panjang mentah.


 

Beberapa waktu lalu saya pulang kampung ke Jember dan mampir di Surabaya. Tak lupa saya mampir ke warung Sederhana. Memesan seporsi rawon yang susah ditemukan di Jogja. Plus segelas es jeruk nipis yang segar dan tak pernah mengecewakan dahaga di siang yang terik dan berpeluh-peluh.

Rawonnya pun lumayan enak. Rasa kluweknya tak telalu kentara, dagingnya empuk, plus kecambahnya segar. Tambah enak ketika disantap dengan tambahan sambal bajak. Rasanya menuntaskan rindu terhadap masakan Jawa Timur.

Saking terkenalnya warung ini, banyak yang berseloroh "belum ke Surabaya kalau belum makan di tempat ini." Jadi, sudahkah anda makan di Warung Sederhana?

6 komentar:

  1. Balasan
    1. Wahyu: Nemen. Aku biasane ngentekno sak ndas-ndase :D

      Hapus
    2. Sesudah itu. Tinggalkanlah receh.hehee

      Hapus
  2. mas, kok saiki iso ana fitur balase ngene carane pie? *out of context banget pertanyaane*

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak eruh pisan aku kin. Tiba-tiba ada fitur bales komen, otomatis kayaknya :D

      Hapus
  3. Di warung ini mah yang enak bihun gorengya. Ini warung di pojokan Gubeng, yang menghadap ke Hanamasa itu kan yes?

    BalasHapus