Sabtu, 06 November 2010

Cium Pantat Saya, Asisten Dosen!


we've got the right to choose and
there ain't no way we'll lose it
this is our life, this is our song
we'll fight the powers that be just,
don't pick our destiny 'cause
you don't know us, you don't belong

oh you're so condescending
your gall is never ending
we don't want nothin', not a thing from you
your life is trite and jaded
boring and confuscated
if that's your best, your best won't do

On your uniform
we're not gonna take it anymore

(Twisted Sister - We're Not Gonna Take It)

***

Sore tadi adik saya merengek minta diantar praktikum. Katanya sih minta berangkat jam 13.30 WIB. Okelah pikir saya, saya bisa rada santai setelah jumatan. Dari jam 13.00, hujan deras turun. Sangat deras, dan dibarengin petir, dhuar dhuar!

Menjelang keberangkatan, adik saya sudah siap, eh perut saya mulas. Kebelet mendadak.

"Bentar rin, aku mau beol dulu" kataku sembari rada panik.

"Duh kak, gak usah wis! Aku takut telat" kata adikku tak kalah panik.

"Halah, masa dosenmu gak bisa toleransi sih? Lagian masih hujan diluar" kata saya yang menahan mulas. Diluar tetep hujan. Dhuar dhuar, petir berbunyi kencang.

Dari dulu saya paling benci sama manusia yang tak kenal toleransi. Tak punya toleransi itu adalah ciri orang picik, ciri orang yang bisa membikin tekanan darah naik drastis seketika. Sayangnya, dosen yang berpendidikan itu, yang seharusnya menjunjung tinggi toleransi, ternyata ada saja yang tidak kenal kata toleransi. Jangkrik pokoknya! Saya punya beberapa ekor dosen yang tak kenal toleransi, dan mengingat mereka, saya ingin mencabuti bulu ketek mereka dengan dua keping uang logam.

"Ini bukan dosen kak" kata adikku. "Tapi asisten" sambungnya.

"Hah? Asisten dosen gitu maksudmu?" tanyaku.

"Iya, gak boleh telat. Kalo telat kena hukuman. Gak boleh masuk, denda 50. 000, ngerjain tugas, dan bla bla bla" kata adikku menjelaskan alasan kenapa ia takut terlambat praktikum.

Jancuk! Seketika saya langsung marah dan ngomel. Saya tahu tindakan ngomel tanpa juntrungan itu adalah tindakan bodoh. Tapi saya marah dan ngomel itu ada alasan jelas. Bayangkan, baru jadi asisten dosen aja udah songong, sengak, sok berkuasa, dan tak kenal toleransi. Apalagi kalau sudah jadi dosen. Apalagi kalau sudah jadi gubernur Sumatera Barat. Apalagi kalau sudah jadi anggota DPR. Apalagi kalau sudah jadi Presiden. Bisa-bisa kita protes, malah ditinggal ke Jerman. Bisa-bisa lihat tari perut di Yunani. Bisa-bisa pergi ke Vietnam buat makan Pho dan ngopi. Jancuk kali lah!

Yang bikin saya makin marah adalah ketika tahu bahwa para asisten itu berasal dari angkatan 2007. Iya, 2007! Baru juga kuliah 3 tahun udah sengak dan sok berkuasa. Saya yang angkatan 2005 dan sudah kuliah 5 tahun saja tak pernah sombong dan selalu rendah diri (entah saya harus bangga atau bersedih hati dengan masa studi itu :p)

Iya, saya tak tahu apakah peraturan telat berakibat denda, tak boleh masuk, dan bikin makalah itu berasal dari fakultas atau otoritas asisten. Saya juga tak perduli cuk. Tapi kebijakan idiot itu jelas membuat saya membenarkan satu fakta: kuliah di Indonesia itu menyedihkan. Disiplin sih boleh saja, asal logis su! Disiplin bukan berarti kita menihilkan arti kata toleransi kan? Tak heran kalau Dee Snider dan gerombolannya di Twisted Sister selalu mengolok-ngolok sekolahan dan guru kolot, serta mendorong para murid --dan para mahasiswa pasif nun gampang dijajah itu, iya kalian-- untuk berani kritis dan memberontak.

Selain di fakultas adik saya, di fakultas saya yang katanya penuh dengan dosen yang menyenangkan dan toleran, ternyata ada juga beberapa dosen busuk yang sepertinya anti toleransi. Seakan-akan dia hidup di hutan. Seperti dia tak pernah jadi mahasiswa saja.

Ah sudahlah, kalau dipikir-pikir buat apa juga saya ngomel. Ngabisin tenaga. Mending makan saja. Lagipula ayah saya juga ketawa-ketawa ketika melihat saya ngomel masalah kebijakan di fakultas adik saya. Maklum, almamaternya sih :p Kalau ternyata ayah saya pernah jadi asisten yang seperti itu, saya janji akan mencukur habis rambutnya biar kayak biksu shaolin. Sekalian jenggotnya ya yah? Daripada dikira FPI :p

Penutup:

Akhirnya saya mengantar adik saya dengan memakai jas hujan. Adik saya memakai jas hujan full body, jadi dia tidak basah. Sedang saya? Terpaksa memakai jas hujan kelelawar, dan basah di beberapa bagian. Jangkrik.

Pas saya jemput adik saya, dia cerita kalau ada temannya yang telat beberapa menit. Seperti yang sudah kita duga, dia tidak diperbolehkan masuk, harus membayar denda 50.000, dan mengerjakan setumpuk "konsekuensi" karena telat praktikum. Poor you kid. You should listen to this! Dan lagi, gara-gara ngantar si adik dan ngomel, saya gak jadi beol. Sialan.


3 komentar:

  1. well, cukup memalukan...!! semoga kita dijauhkan dari hal-hal demikian!! toh ga ada salahnya menjadi orang yang egaliter dan humanis...

    BalasHapus
  2. wehey, asdos kayak gitu, laporin ke komnas ham aja bang!

    BalasHapus