Perempuan keturunan pelaut itu adalah generasi terakhir dalam suatu sumpah terucap pada satu malam badai. Kapal yang nenek moyangnya tumpangi, pecah terhantam badai besar. Ketika satu trah akan menghilang secara cepat, datanglah seekor pari raksasa. Ikan berekor racun itu lantas menjadi pegangan oleh satu keluarga yang nyaris saja lenyap tertelan lautan yang menghitam. Mengerikan.
Lalu sang kepala keluarga, lelaki berkulit legam berbadan kekar dan berambut andan itu mengucap sumpah pada sang ikan pari, sembari disaksikan anggota keluarga lain yang menggigil kedinginan di sebuah pulau kecil.
"Tak akan pernah 7 turunan anak cucuku akan memakan anak cucumu. Ini adalah sumpahku untuk membalas budiku. Selama nyawa masih terkandung di badan, pantang sumpah ini dilanggar" teriak sang kepala keluarga. Malam itu, langit menjadi saksi.
Sejak sumpah itu terucap, para keturunan keluarga itu pantang memakan daging ikan pari.
Perempuan bernama Siti Zubaidah itu adalah generasi ketujuh keluarga yang pernah nyaris tumpas bersama badai beberapa ratus tahun lalu. Ia adalah gerbang terakhir semua sumpah yang pernah terucap. Dan ia selalu memegang teguh janjinya. Tak pernah ia berkehendak memakan daging ikan pari, sang penyelamat nenek moyangnya. Yang berarti juga penyelamat nyawanya.
Zubaidah mewakili semua tabiat dan perangai nenek moyangnya yang seorang pelaut tangguh. Ia keras dan teguh bagai karang. Rambutnya berkelindan andan bagai tumpukan gracilaria di tengah lautan yang berbuih-buih. Ia juga bisa menyerap semua kesedihan bagaikan holothurians, menjadi komponen penting pada gugusan terumbu karang tercintanya: keluarga.
*tulisan ini untuk nenek tercintaku, Siti Zubaidah Masdar, yang sejak beberapa jam lalu sedang berjuang keras dengan caranya sendiri. Hikayat mengenai ikan pari ini adalah salah satu cerita yang sering diceritakan mamak pada saya. Saya akan bercerita sepotong demi sepotong. Anggap saja penambah doa untuk nenek saya.*
mas berarti sampean udah boleh makan ikan pari ya? :)
BalasHapuspostingan nya bagus. dalam 7 turunan belum ada yg pernah melanggar makan ikan pari kan setelah peristiwa itu?
BalasHapusJadi ingat nenek saya, beliau selalu berdoa tiap kali saya mencium tangannya, begini katanya, piturut penjaluk'anmu, dukur derajat pangkatmu, lan selamet uripmu, sambil mencium pipiku dengan gemetar. Beliau bau minyak kelapa, dengan kebaya yang sudah usang, entah kenapa masih saja memakainya. Selalu menunggu kami di teras semalam apapun itu ketika kami berkunjung. Semoga nenek tercintamu selalu dalam keadaan baik ya..^^
BalasHapustitus: iya, belum ada. Generasi terakhir adalah nenek saya. Setelah nenek saya, generasi ke 9 alias saya dan saudara-saudara sudah makan ikan pari :D
BalasHapusLintang: Makasih ya :) she rest in peace now :)